
Washington – Pada bulan Maret, indikator inflasi utama dari bank sentral Amerika Serikat. Federal Reserve (The Fed), meningkat 2,3 persen.
Angka tersebut menunjukkan perlambatan dibandingkan dengan pertumbuhan 2,7 persen yang tercatat pada bulan Februari, menurut keterangan dari Departemen Perdagangan Amerika Serikat pada cvtogel Rabu (30/4).
Indikator yang mengukur pengeluaran konsumsi pribadi (personal consumption expenditures/PCE). Memeriksa bagaimana perubahan harga yang lebih tinggi mempengaruhi perilaku konsumen dan berfungsi sebagai. Indikator yang lebih luas terhadap perilaku konsumsi dibandingkan dengan indeks harga konsumen (consumer price index/CPI).
Indeks harga PCE inti, yang tidak termasuk harga makanan dan energi yang fluktuatif, mencatat kenaikan 2,6 persen pada Maret dibandingkan tahun lalu, yang juga menunjukkan perlambatan dari kenaikan 3,0 persen yang terjadi pada Februari. Meskipun demikian, data terbaru ini tetap melebihi target inflasi The Fed yang ditetapkan pada 2 persen.
Walaupun ada indikasi bahwa inflasi mulai menurun, kekhawatiran mengenai inflasi di masa depan. Masih ada di benak para ekonom, terutama karena kebijakan tarif ekspansif di era pemerintahan Donald Trump.
Di pertengahan bulan April, Gubernur The Fed, Jerome Powell, memperingatkan bahwa tarif yang dinyatakan oleh pemerintah AS kemungkinan akan mengakibatkan lonjakan inflasi dalam waktu singkat, sementara gangguan pada rantai pasokan dapat memberikan tekanan yang lebih serius.
“Tingkat kenaikan tarif yang telah diumumkan sejauh ini jauh lebih besar daripada perkiraan. Hal ini bisa berimplikasi sama pada dampak ekonomi, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang lebih lambat,” ungkap Powell dalam sebuah acara yang diselenggarakan oleh Economic Club of Chicago.
Data PCE dirilis bersamaan dengan laporan dari Biro Analisis Ekonomi (Bureau of Economic Analysis/BEA) Departemen Perdagangan AS yang mengungkapkan bahwa produk domestik bruto (PDB) AS mengalami penurunan pada tingkat tahunan sebesar 0,3 persen di kuartal pertama (Q1) tahun ini.
Sebuah publikasi keuangan, Kobeissi Letter, mencatat bahwa beberapa indikator saat ini menunjukkan kemungkinan terjadinya resesi dibandingkan dengan ekspektasi dasar yang ditetapkan untuk tahun 2025.
“Pasar sepenuhnya memperkirakan bahwa akan ada empat kalinya penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada akhir tahun 2025. Pasar berpendapat bahwa The Fed akan lebih memprioritaskan penurunan output ekonomi AS dibandingkan dengan potensi rebound inflasi,” jelas Kobeissi Letter.