Impaksi gigi adalah sebutan untuk gigi yang tidak bisa tumbuh sehingga tertanam di dalam gusi, baik sebagian maupun sepenuhnya. Kondisi ini cukup sering terjadi dan umumnya tidak menimbulkan rasa nyeri. Impaksi gigi paling sering dialami oleh gigi bungsu (gigi yang tumbuh terakhir saat seseorang dewasa).
Mari pahami lebih lanjut mengenai impaksi gigi melalui ulasan selengkapnya di bawah ini.
Apa itu Impaksi Gigi?
Istilah impaksi berasal dari bahasa latin “impactus”. Penggunaan istilah ini mengacu pada kegagalan suatu organ atau struktur dalam mencapai posisi normalnya karena kondisi mekanis yang tidak normal. Impaksi gigi adalah gigi yang tertanam di dalam gusi karena tidak dapat tumbuh.
Impaksi bisa terjadi sebagian (terjadi jika ada bagian gigi yang tampak saat pemeriksaan langsung, tetapi fungsi dan posisinya tidak normal) maupun sepenuhnya (terjadi jika seluruh bagian gigi tertutup tulang, jaringan lunak, atau keduanya).
Meski tidak menimbulkan rasa nyeri, kondisi ini dapat menyebabkan gigi terdekatnya terdorong sehingga posisinya berubah. Gigi yang paling sering mengalami impaksi adalah gigi bungsu atau gigi geraham ketiga rahang bawah (biasanya tumbuh di usia 17–21 tahun), serta gigi taring rahang atas.
American Association of Oral and Maxillofacial Surgeons (AAOMS) dalam buku elektroniknya yang berjudul Wisdom Teeth menyatakan bahwa 9 dari 10 orang memiliki setidaknya satu gigi impaksi.
Penyebab Impaksi Gigi
Impaksi bisa terjadi ketika jalur tumbuhnya gigi terhalang oleh gigi di dekatnya, tulang, atau jaringan lunak di sekitarnya. Hal ini dapat menyebabkan salah satu atau beberapa gigi permanen tidak bisa tumbuh dengan sempurna. Adapun beberapa faktor yang dapat menyebabkan impaksi gigi adalah:
- Ruangan yang tidak cukup untuk erupsi gigi secara normal.
- Trauma pada benih gigi sehingga benih gigi terdorong menjadi lebih dalam.
- Infeksi pada benih gigi.
- Adanya gigi berlebih yang tumbuh atau erupsi terlebih dahulu.
- Tumor yang menggeser kedudukan benih gigi.
- Gangguan nutrisi sebagai penyebab keterlambatan erupsi atau pertumbuhan gigi secara menyeluruh.
- Jalur pertumbuhan gigi yang tidak normal.
- Kelainan genetik, misalnya down syndrome.
- Tidak mengunyah makanan dengan benar sehingga berkurangnya stimulasi pertumbuhan rahang pada anak-anak.
- Mengonsumsi makanan manis dan lengket. Pasalnya, sisa makanan tersebut mudah menempel di gigi dan menjadi tempat pertumbuhan bakteri, sehingga dapat menyebabkan kerusakan gigi yang dapat menghalangi pertumbuhan gigi lainnya.
Gejala Impaksi Gigi
Gigi yang mengalami impaksi tidak selalu memunculkan gejala. Namun, ketika gigi bungsu yang mengalami impaksi terinfeksi, merusak gigi lain, atau menyebabkan masalah gigi lainnya, kemungkinan bisa menimbulkan gejala yang dapat hilang timbul dalam beberapa minggu dan bulan. Adapun beberapa gejala tersebut, di antaranya adalah sebagai berikut:
- Bengkak, kemerahan, dan perdarahan gusi.
- Bau mulut.
- Rasa tidak enak di dalam mulut.
- Kesulitan membuka mulut.
- Nyeri rahang saat membuka mulut, seperti saat mengunyah atau menggigit.
Diagnosis Impaksi Gigi
Diagnosis dapat dimulai dengan proses anamnesis (wawancara medis) untuk mengetahui gejala pasien, kemudian dipastikan melalui pemeriksaan gigi oleh dokter gigi. Jika diperlukan, dokter juga dapat merekomendasikan beberapa pemeriksaan penunjang tambahan. Pemeriksaan tersebut meliputi:
- Foto rontgen panoramik.
- Pemeriksaan yang dilakukan untuk melihat gambaran struktur gigi, tulang, dan rahang secara lebih jelas. Rontgen adalah pemeriksaan standar yang dilakukan untuk mengetahui secara presisi lokasi dari gigi impaksi, klasifikasi gigi impaksi, pengukuran kedalaman gigi, dan kondisi lain yang menyertai di sekitar gigi impaksi.
- CBCT (cone beam computed tomography).
- Teknik pemeriksaan yang dapat memberikan gambaran akurat dalam bentuk tiga dimensi mengenai struktur jaringan keras gigi dan sekitarnya. Dokter dapat merekomendasikan pemeriksaan ini jika dicurigai adanya masalah pada posisi saraf dalam impaksi gigi.
Komplikasi Impaksi Gigi
Jika tidak mendapatkan penanganan yang tepat, gigi yang mengalami impaksi dapat menyebabkan penumpukan plak di gusi, sehingga memicu peradangan dan pembengkakan gusi. Selain peradangan dan pembengkakan, adapun komplikasi lain yang bisa ditimbulkan oleh impaksi gigi adalah sebagai berikut:
- Kerusakan pada gigi lain.
- Infeksi.
- Maloklusi (gigi tidak sejajar).
- Abses gigi di area infeksi.
- Karies pada gigi didekatnya.
- Nyeri kepala.
- Kista yang dapat merusak tulang rahang, gigi, dan saraf.
- Dibandingkan dengan gigi lainnya, gigi bungsu lebih rentan mengalami gigi berlubang dan lebih sulit untuk dibersihkan. Hal ini dapat meningkatkan risiko pembusukan.
- Penyakit gusi, seperti perikoronitis (peradangan pada gusi di sekitar gigi bungsu yang sedang tumbuh).
Cara Mengatasi Impaksi Gigi
Impaksi gigi yang tidak menimbulkan gejala biasanya tidak memerlukan pengobatan khusus, namun dokter tetap menyarankan untuk melakukan pemeriksaan gigi secara rutin. Namun, jika pasien mengalami keluhan berupa nyeri, dokter bisa memberikan obat pereda nyeri, seperti parasetamol.
Di samping itu, dokter juga dapat merekomendasikan prosedur cabut gigi atau retraksi di bagian gigi yang mengalami impaksi. Tindakan ini biasanya membutuhkan waktu selama 45–60 menit dengan pemberian bius lokal sebelumnya.
Selanjutnya Di Cvtogel
Ekstraksi gigi umumnya memerlukan waktu 7–10 hari hingga pulih sepenuhnya. Kendati demikian, pasien masih tetap bisa melakukan aktivitas harian dengan normal. Pasca tindakan operasi dokter juga akan meresepkan obat antibiotik, obat pereda nyeri dan juga bengkak.
Cara Mencegah Impaksi Gigi
Pada dasarnya, tidak ada cara spesifik yang bisa dilakukan untuk mencegah impaksi gigi, mengingat bahwa kondisi ini sering kali dipicu oleh faktor genetik. Namun, langkah pencegahan bisa dilakukan untuk menghindari terjadinya komplikasi serius. Beberapa cara tersebut meliputi:
- Rajin berkumur.
- Menjaga kebersihan gigi.
- Melakukan pemeriksaan ke dokter gigi secara rutin, setidaknya 6 bulan sekali.
Apabila mengalami keluhan maupun permasalahan pada gigi, segera konsultasikan hal tersebut dengan dokter spesialis kedokteran gigi.