Aerophobia adalah rasa cemas dan ketakutan berlebih untuk bepergian menggunakan pesawat terbang. Kondisi ini dapat membuat penderitanya mengalami mual, gemetar, sesak napas, hingga serangan panik, baik sebelum maupun saat naik pesawat terbang.

Mari pahami lebih lanjut mengenai penyebab, gejala, hingga pengobatan aerophobia melalui pembahasan berikut ini.

Apa itu Aerophobia?

Aerophobia adalah salah satu jenis fobia yang terjadi ketika seseorang merasa takut berlebihan saat naik pesawat terbang. Bahkan, kondisi ini dapat membuat seseorang merasa sangat cemas terhadap berbagai hal yang berkaitan dengan penerbangan, seperti proses lepas landas, mendarat, atau saat terjadi turbulensi selama berada di dalam pesawat.

Nama lain dari aerophobia adalah aviophobia. Psikolog memperkirakan terdapat satu dari tiga hingga satu dari lima orang mengalami aerophobia selama hidup mereka.

Penyebab Aerophobia

Umumnya, aerophobia tidak dipicu oleh penyebab yang spesifik. Penyebab dari kondisi ini tergantung pada kesehatan fisik, psikis, dan faktor sosial setiap penderitanya. Di samping itu, sejumlah faktor yang dapat memicu seseorang mengalami aerophobia adalah:

  • Orang berusia 17–34 tahun.
  • Mengalami kejadian traumatis yang berkaitan dengan penerbangan.
  • Membaca berita mengenai kecelakaan pesawat terbang.
  • Mendengar cerita atau menonton film mengenai tragedi penerbangan atau penyebaran wabah penyakit di dalam pesawat terbang.
  • Memiliki keluarga dengan riwayat kondisi serupa atau dibesarkan oleh orang tua yang juga memiliki fobia naik pesawat sehingga sering kali terpapar dengan cerita atau ditakut-takuti tentang naik pesawat.
  • Memiliki ingatan mengenai kejadian buruk yang melibatkan penerbangan, misalnya pernah naik pesawat terbang untuk mengunjungi pemakaman keluarga.

Munculnya rasa takut naik pesawat ini dapat dipicu oleh berbagai kondisi, seperti cuaca buruk, terkejut saat mendengar orang batuk atau bersin di pesawat, tertundanya jadwal penerbangan, atau adanya getaran saat lepas landas, mendarat, dan turbulensi. Seseorang dengan aerophobia dapat memahami bahwa naik pesawat itu tidak selalu membahayakan, namun tetap saja merasa takut berlebihan.

Selain itu, beberapa jenis fobia lain yang bisa memperburuk munculnya aerophobia adalah sebagai berikut:

  • Acrophobia (fobia ketinggian).
  • Claustrophobia (fobia ruang sempit).
  • Mysophobia (fobia terhadap kuman).
  • Anthropophobia (ketakutan berlebih saat berhadapan dengan orang lain).
  • Agoraphobia (fobia terhadap tempat atau situasi yang dapat membuat seseorang merasa panik, malu, terperangkap, dan tidak berdaya).
  • Social anxiety (fobia terhadap interaksi sosial).

Gejala Aerophobia

Penderita aerophobia memiliki kecenderungan untuk menghindari situasi yang mengharuskannya naik pesawat terbang. Hal ini dapat membuat ia sering menolak pekerjaan tertentu atau melewatkan waktu liburan bersama keluarga, bersikeras untuk menggunakan moda transportasi lain, menghindari berita atau film-film yang berkaitan dengan penerbangan, hingga terobsesi untuk mempelajari prosedur keselamatan perjalanan udara.

Selengkapnya Di Pttogel

Selain itu, penderita aerophobia juga dapat mengalami serangan panik, baik sebelum maupun selama naik pesawat terbang. Adapun gejala serangan panik yang dapat dialami oleh penderita aerophobia adalah:

  • Gemetar.
  • Sesak napas.
  • Merasa seperti tercekik.
  • Mual.
  • Berkeringat berlebihan.
  • Keringat dingin.
  • Jantung berdebar.
  • Tidak bisa berpikir jernih.
  • Sakit perut atau gangguan pencernaan (dispepsia).
  • Cemas hingga panic attack.
  • Kebingungan (disorientasi).
  • Napas cepat.

Komplikasi Aerophobia

Apabila tidak segera ditangani dengan tepat, aerophobia dapat mengganggu aktivitas sehari-hari penderitanya, termasuk kehidupan sosial hingga pekerjaan. Sebab, hal ini dapat membuat penderita cenderung menarik diri dari lingkungan sosialnya karena menyadari bahwa rasa cemas dan ketakutannya terhadap penerbangan bisa menghambat atau menyulitkan orang lain saat bekerja atau bepergian bersamanya.

Selain itu, kondisi ini juga dapat membuat seseorang menjadi lebih rentan mengalami masalah kesehatan mental lain, seperti depresi atau gangguan panik.

Diagnosis Aerophobia

Sebetulnya, tidak ada prosedur pemeriksaan khusus yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis aerophobia. Namun, dokter dapat mengevaluasi kondisi psikis pasien dengan menanyakan keluhan dan rasa takutnya terhadap kondisi yang berkaitan dengan penerbangan.

Dokter mungkin akan menegakkan diagnosis aerophobia apabila pasien mengalami kondisi berikut ini:

  • Rasa takut dan cemas berlebihan saat memikirkan bepergian menggunakan pesawat terbang atau saat sedang naik pesawat terbang yang berlangsung selama 6 bulan atau lebih.
  • Cenderung melakukan segala cara agar tidak bepergian menggunakan pesawat terbang.
  • Rasa cemas dan ketakutannya telah mengganggu aktivitas sehari-hari, kehidupan sosial, dan pekerjaan.

Pengobatan Aerophobia

Pada dasarnya, pengobatan aerophobia dapat dilakukan melalui psikoterapi, yaitu pendekatan psikologis untuk membimbing pasien agar dapat mengenali diri sendiri dan membentuk perilaku positif saat menghadapi suatu masalah. Terdapat beberapa jenis psikoterapi yang bisa dilakukan untuk menangani aerophobia, di antaranya:

  • Terapi perilaku kognitif: Terapi untuk membantu pasien mengenali dan mengubah pola pikir serta perilakunya saat dihadapkan dengan situasi yang berkaitan dengan penerbangan. Melalui terapi ini, dokter juga dapat mengajarkan pasien untuk menerapkan teknik relaksasi, seperti bermeditasi atau latihan pernapasan saat harus naik pesawat terbang.
  • Terapi paparan (exposure therapy): Melalui terapi ini, dokter dapat memberikan gambar atau video yang berhubungan dengan suasana saat naik pesawat terbang, atau mengajak pasien menggunakan virtual reality di dalam pesawat. Tujuannya adalah untuk membantu pasien agar terbiasa menghadapi hal-hal yang terkait dengan penerbangan.

Selain itu, dokter juga dapat memberikan obat anticemas, seperti obat golongan benzodiazepine untuk membantu mengurangi rasa cemas yang muncul sebelum ataupun saat pasien sedang naik pesawat terbang. Namun penggunaan obat ini harus atas seizin dokter dan di bawah pengawasan yang ketat.

Pencegahan Aerophobia

Aerophobia adalah kondisi yang cenderung sulit untuk dicegah. Kendati demikian, mengingat fobia naik pesawat ini merupakan bagian dari gangguan kecemasan, penderita dapat mengurangi rasa takut dan cemas berlebihannya dengan menerapkan beberapa hal berikut ini:

  • Menghindari hal-hal yang dapat memperburuk rasa cemas, seperti mengonsumsi minuman beralkohol atau berkafein.
  • Mengelola stres dengan baik.
  • Berbagi cerita mengenai ketakutan dan kecemasannya dengan orang-orang terdekat.
  • Menerapkan gaya hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang, rutin berolahraga, tidur yang cukup, dan lain-lain.
  • Melakukan konseling dengan psikolog atau psikiater.

Di samping itu, saat sedang bepergian menggunakan pesawat, penderita aerophobia juga dapat menghindari timbulnya pikiran negatif serta mengurangi rasa ketakutan berlebihan dengan melakukan cara ini:

  • Mengedukasi diri tentang perjalanan dengan pesawat, misalnya mengenali apa itu turbulensi, sistem keamanan pesawat, dan lain-lain yang bertujuan untuk mengurangi rasa cemas.
  • Menyadari ketika pikiran diri sendiri menjadi semakin irasional. Mulai berusaha untuk mengganti pikiran negatif dengan positif. Misalnya, ketika berpikir akan hal buruk apa yang akan terjadi, ubah pikiran tersebut dengan pikiran baik atau menyenangkan.
  • Kenali pencetus atau trigger-nya. Ketika mulai merasa cemas, perhatikan sekitar dan sadari hal apa yang mencetuskan kecemasan tersebut. Misalnya pikiran tertentu, memori, sensasi, atau aroma tertentu.
  • Mempraktikkan teknik relaksasi seperti bernapas dalam-dalam saat duduk di bangku pesawat.
  • Mengalihkan pikiran dengan cara:
  • Mendengarkan musik.
  • Membaca buku.
  • Menonton film favorit yang menenangkan.

Aerophobia adalah gangguan kecemasan yang berisiko mengganggu akitivitas sehari-hari penderitanya. Karena itu, penting bagi penderita aerophobia untuk segera menangani kondisinya dengan tepat. Jangan ragu untuk melakukan konseling dengan psikolog atau psikiater melalui layanan Telekonsultasi apabila Anda mengalami gejala-gejala aerophobia seperti ulasan di atas.

Layanan Telekonsultasi memungkinkan pasien untuk mendapatkan saran perawatan hingga resep obat-obatan dari dokter tanpa perlu keluar rumah. Namun, jika diresepkan obat-obatan tertentu, seperti antipsikotik dan antidepresan, pasien wajib mengambilnya secara langsung (self pick-up).