Astraphobia adalah rasa cemas atau takut berlebihan terhadap petir dan kilat. Selain cemas dan takut, kondisi ini juga dapat menimbulkan gejala berupa gemetar hingga sesak napas ketika terjebak hujan deras yang disertai petir atau bahkan saat mengetahui prakiraan cuaca buruk.

Mari kenali penyebab, gejala, hingga cara mengatasi astraphobia selengkapnya melalui ulasan di bawah ini.

Apa itu Astraphobia?

Brontophobia atau astraphobia adalah salah satu jenis fobia spesifik ketika seseorang merasa ketakutan berlebih terhadap petir dan kilat. Kondisi ini biasanya dialami oleh anak-anak, namun tidak menutup kemungkinan astraphobia juga terjadi pada orang dewasa karena alasan tertentu.

Penyebab Astraphobia

Hingga kini, belum diketahui secara pasti apa penyebab seseorang mengalami fobia terhadap petir. Namun, ada beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami astraphobia, salah satunya adalah pernah mengalami kejadian traumatis yang berhubungan dengan petir. Berikut uraian selengkapnya.

  • Memiliki keluarga dengan riwayat astraphobia atau gangguan mental lain, seperti depresi, anxiety disorder, atau fobia lainnya.
  • Pernah mengalami kejadian traumatis yang berhubungan dengan hujan badai dan petir, misalnya pernah melihat orang tersambar petir.
  • Terpengaruh oleh perilaku orang terdekat yang takut dengan petir.
  • Mengalami stres berkepanjangan yang bisa memengaruhi kemampuan seseorang dalam menghadapi kesulitan dan memicu rasa takut berlebihan terhadap berbagai situasi sulit.
  • Menderita gangguan kesehatan mental lain, seperti gangguan kecemasan umum atau depresi.
  • Anak-anak yang mengalami autisme atau auditory processing disorder.

Gejala Astraphobia

Adapun ciri-ciri astraphobia adalah munculnya perasaan cemas, takut, dan panik secara berlebihan saat hujan badai akan datang. Kondisi tersebut bisa berkembang menjadi serangan panik (panic attack) yang ikut disertai dengan gejala-gejala berikut ini.

  • Jantung berdebar.
  • Menangis.
  • Mual dan muntah.
  • Tubuh bergemetar.
  • Nyeri dada.
  • Sesak napas.
  • Berkeringat berlebihan.
  • Pusing.
  • Kesulitan untuk fokus dan berkonsentrasi.
  • Diare.
  • Pingsan.

Gejala astraphobia dapat timbul saat sudah terjadi hujan deras yang disertai dengan petir maupun baru muncul gemuruh kecil dan gerimis. Bahkan, pada sebagian kasus yang cukup ekstrem, penderita astraphobia juga dapat mengalami gejala tersebut hanya dengan membaca atau mendengar prakiraan cuaca buruk.

Komplikasi Astraphobia

Penderita astraphobia bisa terisolasi dari lingkungan sosial karena mereka cenderung menghindari kegiatan di luar rumah jika mendengar prakiraan cuaca buruk atau belum yakin cuaca akan baik. Pada beberapa kasus, kondisi ini juga dapat menimbulkan sejumlah komplikasi, seperti:

  • Gangguan suasana hati (mood).
  • Depresi.
  • Anxiety disorder.
  • Penyalahgunaan NAPZA dan alkohol.

Diagnosis Astraphobia

Langkah pertama yang dapat dilakukan dokter untuk menegakkan diagnosis astraphobia adalah dengan melakukan anamnesis (wawancara medis) untuk mengetahui tentang keluhan dan riwayat kesehatan pasien serta keluarga. Pemeriksaan fisik juga dapat dilakukan untuk memastikan keluhan pasien tidak disebabkan oleh penyakit tertentu lainnya.

Pada dasarnya, seseorang dapat dikatakan mengalami astraphobia apabila memenuhi kriteria berikut ini.

  • Takut terhadap petir atau guntur yang berlangsung setidaknya selama 6 bulan.
  • Selalu menghindari hal-hal yang berhubungan dengan kilat, petir, atau guntur, termasuk yang ada di dalam film maupun berita.
  • Rasa takut tersebut membuat penderita tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari.
  • Rasa takut yang dialami penderita dapat muncul dari situasi yang sebenarnya tidak berbahaya.

Pengobatan Astraphobia

Tujuan utama pengobatan astraphobia adalah untuk meredakan rasa takut dan cemas, serta membantu pasien agar dapat mengendalikan diri saat menghadapi hujan badai. Adapun beberapa metode pengobatan yang umum dilakukan psikolog atau psikiater untuk menangani astraphobia adalah:

1. Psikoterapi

Psikoterapi merupakan pendekatan psikologis yang dilakukan untuk membantu pasien agar dapat mengendalikan pikiran, perasaan, dan emosi yang bisa menimbulkan gejala fobia. Adapun beberapa jenis psikoterapi yang umum dilakukan untuk menangani astraphobia adalah:

  • Terapi paparan (exposure therapy): Dilakukan dengan mengarahkan pasien untuk menghadapi sumber rasa takutnya secara langsung.
  • Terapi perilaku kognitif: Untuk membantu mengubah pola pikir dan perilaku pasien agar bisa lebih tenang saat menghadapi petir dan guntur.
  • Dialectical behavior therapy: Melatih pasien untuk mengatur emosinya dengan baik saat menghadapi petir dan guntur.

Selengkapnya Klik Di Tvtogel

2. Pemberian Obat-obatan

Selain psikoterapi, psikolog atau psikiater dapat meresepkan obat-obatan tertentu, seperti obat antiansietas, obat penenang, dan antidepresan untuk membantu mengatasi gejala yang muncul akibat astraphobia.

Pencegahan Astraphobia

Astraphobia adalah kondisi yang cenderung sulit untuk dicegah, mengingat penyebabnya belum diketahui secara pasti. Namun, beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah perkembangan astraphobia menjadi lebih buruk adalah sebagai berikut.

  • Tetap mengikuti aktivitas sosial untuk menghibur diri sendiri.
  • Meyakinkan diri bahwa hujan deras yang disertai dengan guntur dan petir tidak berbahaya selama selalu berhati-hati di jalan, berteduh di tempat aman, atau berada di dalam ruangan.
  • Melakukan teknik relaksasi, seperti menerapkan teknik pernapasan saat sedang merasa cemas.
  • Mengalihkan perhatian ke hal-hal lain saat sedang hujan yang disertai petir, seperti mendengarkan lagu atau menonton film.
  • Berbicara dengan keluarga atau orang terdekat untuk mendapatkan dukungan.
  • Berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater apabila rasa cemas cenderung meningkat dibandingkan biasanya.

Dapat disimpulkan, astraphobia adalah kondisi yang perlu ditangani dengan tepat agar terhindar dari risiko komplikasi yang bisa berdampak pada kualitas hidup penderitanya. Jika Anda mengalami kondisi tersebut, Anda dapat menggunakan layanan Telekonsultasi untuk melakukan konseling dan mendapatkan saran perawatan dari psikolog atau psikiater secara virtual.