Vasa previa adalah salah satu komplikasi kehamilan yang dapat menimbulkan masalah serius pada janin jika dilahirkan secara normal atau melalui vagina. Pasalnya, kondisi ini ditandai dengan pembuluh darah janin yang tidak terlindungi oleh jaringan plasenta di dekat tali pusat sehingga berada pada posisi yang menghalangi mulut rahim.
Jika dibiarkan dan dilakukan persalinan pervaginam (persalinan secara alami), kondisi vasa previa dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah sehingga janin akan kehilangan darah dalam jumlah banyak yang berisiko menyebabkan kematian (stillbirth). Mari kenali lebih dalam tentang vasa previa, termasuk penyebab, gejala, hingga cara menanganinya, melalui ulasan di bawah ini.
Apa itu Vasa Previa?
Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, vasa previa adalah kondisi ketika pembuluh darah janin yang seharusnya terlindungi oleh jaringan plasenta justru terpapar diluar dan melintasi serviks (mulut rahim). Secara umum, vasa previa dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
-
Vasa previa tipe 1 (vasa previa with velamentous cord insertion): Kondisi yang menyebabkan pembuluh darah janin yang merupakan perpanjangan tali pusat tidak menempel pada plasenta. Kondisi ini membuat pembuluh darah bebas bergerak keluar dari plasenta tanpa perlindungan dan rentan pecah.
-
Vasa previa tipe 2 (vasa previa with bilobed placenta): Kondisi ketika plasenta terbagi menjadi dua bagian atau lebih. Kondisi ini membuat pembuluh darah yang menghubungkan kedua lobus plasenta tidak terlindungi dengan baik dan berisiko pecah saat proses melahirkan berlangsung, terutama jika posisi plasenta rendah (berada di dekat mulut rahim).
Perbedaan Vasa Previa dan Plasenta Previa
Vasa previa adalah kondisi yang kerap dikaitkan dengan plasenta previa, mengingat dua kondisi tersebut memiliki nama yang serupa. Meski demikian, perlu diketahui bahwa terdapat perbedaan antara vasa previa dengan plasenta previa.
Seperti sudah dipelajari bersama, vasa previa adalah kondisi di mana pembuluh darah janin tidak terlindungi serta menghalangi mulut rahim, sementara plasenta previa merupakan komplikasi kehamilan ketika plasenta berada di bagian bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau bahkan seluruh jalan lahir.
Penyebab Vasa Previa
Secara umum, ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya vasa previa, mulai dari plasenta previa hingga kehamilan melalui program bayi tabung. Berikut adalah daftar lengkapnya.
- Mengalami plasenta previa.
- Hamil kembar.
- Memiliki riwayat penyakit kronis, seperti diabetes.
- Kehamilan terjadi melalui program bayi tabung.
Gejala Vasa Previa
Vasa previa cenderung tidak menimbulkan gejala tertentu hingga memasuki proses persalinan. Namun, dalam kasus yang jarang terjadi, kondisi ini dapat menyebabkan perdarahan dari vagina pada trimester kedua atau ketiga kehamilan. Darah yang keluar umumnya berwarna merah gelap atau kecoklatan.
Perdarahan yang terjadi secara terus-menerus dapat membuat janin di dalam kandungan kekurangan nutrisi dan oksigen. Kondisi ini juga dapat memengaruhi dan melemahkan detak jantung janin.
Komplikasi Vasa Previa
Apabila ibu hamil dengan kondisi vasa previa melakukan persalinan secara normal (pervaginam), pembuluh darah yang menghalangi jalan lahir dapat pecah, hal tersebut dapat menyebabkan janin kehilangan darah dalam jumlah banyak. Jika tidak ditangani dengan segera, kondisi ini dapat meningkatkan risiko terjadinya bayi lahir mati (stillbirth).
Diagnosis Vasa Previa
Vasa previa biasanya dapat terdeteksi selama pemeriksaan USG abdomen pada minggu ke-18 hingga ke-26 kehamilan. Detak jantung janin mungkin lemah atau tidak normal saat dilakukan pemeriksaan USG.
Jika selama pemeriksaan USG kehamilan dokter mencurigai adanya vasa previa, ibu disarankan untuk melakukan USG transvaginal guna memeriksa apakah ada pembuluh darah dari tali pusat di sekitar mulut rahim. Dokter juga dapat menggunakan USG doppler untuk memeriksa kondisi pembuluh darah beserta aliran darahnya dengan lebih jelas.
Pengobatan Vasa Previa
Tujuan utama dari pengobatan vasa previa adalah untuk mencegah pecahnya pembuluh darah. Maka dari itu, dokter biasanya akan merekomendasikan pasien untuk menjalani operasi caesar (C-section) saat usia kehamilan mencapai 34–37 minggu.
Selama menunggu usia janin cukup untuk menjalani C-section, dokter mungkin akan menyarankan pasien untuk tidak melakukan hubungan seksual dan menghindari memasukkan benda apapun ke dalam vagina,
Dokter juga perlu melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin dan menyarankan pasien untuk menjalani rawat inap lebih awal guna memantau kondisi ibu serta janin secara keseluruhan.
Jika perlu, pemberian obat kortikosteroid melalui injeksi juga dapat dilakukan untuk mengoptimalkan perkembangan paru-paru janin di dalam kandungan sebagai langkah persiapan operasi caesar.
Vasa previa adalah kondisi yang perlu dideteksi sedini mungkin guna menghindari risiko komplikasi yang dapat membahayakan keselamatan janin di dalam kandungan. Maka dari itu, ibu hamil disarankan untuk rutin melakukan pemeriksaan kehamilan dengan dokter spesialis kandungan guna mengetahui kondisi kesehatan ibu hamil dan janin secara keseluruhan.
Saat ini, Epictoto menyediakan NEST, sebuah layanan dan fasilitas kehamilan, melahirkan, dan pascamelahirkan lengkap yang didukung oleh tim dokter multidisiplin, seperti dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter spesialis anak, dokter spesialis anestesi, ahli gizi klinis, konsultan laktasi, serta bidan dan tenaga medis profesional lainnya.