Excoriation disorder, skin picking disorder, atau dermatillomania adalah kondisi mental di mana penderitanya secara impulsif mencungkil kulitnya sendiri. Kondisi ini dapat menyebabkan timbulnya luka, infeksi, hingga jaringan parut, sehingga diperlukan penanganan sesegera mungkin untuk menghentikan kebiasaan tersebut.
Mari simak penjelasan lebih lanjut mengenai apa itu dermatillomania, mulai dari penyebab, gejala, hingga cara mengatasinya melalui ulasan di bawah ini.
Apa itu Dermatillomania?
Seperti yang sudah dijelaskan bahwa skin picking disorder atau dermatillomania adalah gangguan mental di mana penderitanya menggaruk, mencabut, atau mencungkil kulitnya sendiri secara impulsif. Dermatillomania berasal dari bahasa Yunani yaitu derma yang berarti kulit, tillo yang berarti menarik, dan mania yang berarti perilaku atau aktivitas berlebihan.
Dermatillomania sering kali dikaitkan dengan kondisi kejiwaan lainnya, seperti gangguan cemas, autisme, penyalahgunaan alkohol, dismorfik tubuh, gangguan mood, borderline personality disorder, OCD (obsessive-compulsive disorder), serta kondisi lain yang berhubungan, seperti onikofagia dan trikotilomania.
Kondisi ini dapat terjadi pada masa kanak-kanak, remaja, atau dewasa. Namun, seringnya terjadi di masa remaja antara usia 13–15 tahun. Penelitian terbaru yang dlakukan menunjukkan bahwa sekitar 55% penderita dermatillomania adalah wanita.
Selengkapnya Di Epictoto
Dermatillomania dapat dilakukan secara otomatis (tanpa sadar), misalnya ketika penderitanya sedang menonton TV, menyetir, atau membaca. Tindakan ini disebut juga dengan automatic picking. Menurut ahli, automatic picking didasari oleh stimulus dari dalam tubuh yang menginginkan rasa lega.
Namun, penderita bisa juga melakukannya secara sadar dengan menargetkan area kulit yang spesifik atau disebut focused picking, seperti mencungkil jerawat, bekas luka, gatal, dan lain-lain. Menurut ahli, hal ini dilakukan untuk menghindari rasa tidak nyaman atau terganggu. Area kulit yang paling sering terdampak dermatillomania adalah wajah, kulit kepala, leher, jari tangan, lengan bawah, paha, betis, kaki, dan jari kaki.
Penyebab Dermatillomania
Belum diketahui secara pasti apa penyebab dermatillomania. Namun, para ahli menduga bahwa kondisi ini ditimbulkan oleh kombinasi beberapa faktor, seperti faktor genetik, perbedaan pada area otak yang mengontrol kebiasaan, serta kondisi stres, cemas, dan depresi.
Pasalnya, saat sedang cemas, penderita cenderung menggaruk atau mencungkil kulit untuk menenangkan diri. Orang dengan dermatillomania mungkin memiliki kondisi kesehatan mental atau medis lainnya. Beberapa di antaranya termasuk:
- OCD atau gangguan terkait OCD lainnya seperti mencabut rambut (trikotilomania) atau menggigit kuku (onikofagia).
- Depresi.
- Gangguan kecemasan umum.
- Gangguan bipolar.
- Penyakit sindrom tertentu, seperti Sindrom Prader-Willi (kelainan genetik langka yang menyebabkan sejumlah masalah fisik, mental, dan perilaku), sindrom Lesch-Nyhan (kondisi ketika tubuh kekurangan zat pengurai asam urat), sindrom Smith-Magenis, dan sindrom Tourette.
Gejala Dermatillomania
Pada awalnya, penderita dermatillomania sering mencungkil kulitnya sendiri tanpa sadar. Namun, seiring waktu hal tersebut menjadi kebiasaan. Penderita akan mencabut atau mencungkil kulit di area mana pun yang terasa kasar, terdapat bercak, atau kulit berjerawat dan korengan.
Selengkapnya Di Epictoto
Dermatillomania adalah kondisi mental yang diklasifikasikan dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi ke-5 (DSM-V) sebagai jenis obsessive-compulsive disorder (OCD) karena adanya dorongan kompulsif untuk melakukan perilaku yang berulang-ulang. Kendati demikian, keduanya bukanlah hal yang sama.
Seseorang mungkin mengalami dermatillomania bila menunjukkan gejala-gejala berikut ini:
- Toleransi yang rendah terhadap ketidakteraturan kulit, misalnya terganggu akibat tekstur kulit yang kasar.
- Merasa puas setelah mencabuti kulit.
- Mencabut kulit secara diam-diam karena takut dan malu dianggap aneh oleh orang lain.
- Sering merasa cemas dan tidak tenang jika belum mencabut kulit.
- Berusaha menyembunyikan kulit yang mengelupas dengan pakaian, make up, atau plester.
Diagnosis Dermatillomania
Dalam menegakkan diagnosis dematillomania, dokter akan melakukan anamnesis terkait riwayat medis dan hidup pasien atau perilaku yang berkaitan, kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik secara menyeluruh terutama pada kulit, serta beberapa pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk menyingkirkan penyebab lainnya. Pasien biasanya didiagnosis menderita dermatillomania bila memenuhi lima kriteria berikut ini:
- Memiliki kebiasaan mengorek-ngorek kulit yang sampai saat ini sedang berlangsung serta berulang-ulang.
- Telah mencoba melakukan upaya untuk menghentikan atau mengurangi kebiasaan tersebut.
- Memiliki rasa malu atau perasaan negatif lainnya mengenai kebiasaan menggaruk kulit yang memengaruhi pekerjaan dan kehidupan sosial.
- Tidak mencungkil kulit karena kondisi medis tertentu, kondisi kulit, atau efek samping dari obat-obatan.
- Tidak memiliki kondisi kesehatan mental lain yang menyebabkan pasien menggaruk kulit.
Cara Mengatasi Dermatillomania
Penanganan untuk dermatillomania adalah kombinasi antara obat-obatan dan terapi. Mengombinasikan dua jenis perawatan tersebut dinilai lebih efektif bila dibandingkan dengan menggunakan satu jenis pengobatan saja. Adapun beberapa jenis obat yang biasanya diberikan kepada penderita dermatillomania adalah:
- Obat antidepresan.
- Obat antikonvulsan.
- Obat antipsikotik.
- Obat nutraceuticals.
Sementara itu, jenis terapi yang biasanya dilakukan untuk merawat pasien dengan kondisi dermatillomania adalah sebagai berikut:
Terapi pembalikan kebiasaan (habit reversal therapy). Terapi ini mengajarkan pasien agar lebih sadar terhadap perilaku dan pola aktivitasnya. Dengan begitu, ia bisa menghentikan kebiasaan buruknya.
- Terapi kelompok dan dukungan teman sebaya.
- Terapi perilaku kognitif.
- Terapi penerimaan dan komitmen.
- Mindfulness dan upaya coping mechanism yang positif lainnya.
Komplikasi Dermatillomania
Kebiasaan mencabut atau mencungkil kulit dapat menyebabkan kulit terluka dan memicu terbentuknya koreng, jaringan parut, hingga hiperpigmentasi. Lebih parah lagi, penderita juga berisiko mengalami infeksi kulit, seperti folikulitis. Meski jarang terjadi, infeksi tersebut bisa menyebar ke seluruh tubuh dan mengakibatkan terjadinya sepsis. Bila tidak segera ditangani, sepsis dapat menyebabkan kerusakan pada berbagai organ tubuh.