Roseola adalah penyakit infeksi yang kerap menyerang anak balita, terutama balita berusia di bawah 2 tahun. Kondisi ini disebabkan oleh infeksi virus herpes yang dapat ditularkan dengan mudah melalui percikan air liur (droplets) saat penderitanya sedang batuk, bersin, atau berbicara.

Untuk mengenal penyebab, gejala, pengobatan, hingga pencegahan roseola secara lengkap, Anda dapat menyimak artikel berikut ini sampai tuntas.

Apa itu Roseola?

Roseola, dikenal juga sebagai roseola infantum, exanthema subitum, atau sixth disease, merupakan suatu penyakit virus menular yang dapat menimbulkan gejala berupa demam dan diikuti dengan kemunculan ruam merah pada kulit saat demam sudah turun (pada hari ke-3 sampai ke-5).

Kondisi ini sering dialami oleh bayi dan anak-anak, di mana 90% kasus terjadi pada anak berusia di bawah 2 tahun. Meski demikian, remaja dan orang dewasa yang belum pernah terinfeksi roseola sebelumnya juga memiliki kemungkinan terserang penyakit ini.

Penyebab Roseola

Penyebab utama roseola adalah virus Human Herpesvirus tipe 6 (HHV-6) dan Human Herpesvirus tipe 7 (HHV-7). Namun, perlu diketahui bahwa kedua jenis virus herpes ini tidak sama dengan jenis virus herpes penyebab penyakit menular seksual.

Lantas, apakah roseola menular? Roseola adalah penyakit yang dapat menular dengan mudah melalui percikan air liur (droplets) penderitanya. Virus penyebab roseola dapat masuk ke dalam tubuh melalui hidung dan mulut. Penyebaran roseola terjadi ketika seorang anak menghirup droplets yang mengandung virus setelah orang yang terinfeksi batuk, bersin, berbicara, atau tertawa.

Selain itu, penularan penyakit ini juga bisa terjadi secara tidak langsung melalui benda-benda yang sudah terkontaminasi virus penyebab roseola, seperti pada alat makan, sikat gigi, dan lain-lain.

Gejala Roseola

Gejala roseola umumnya muncul 5–15 hari setelah virus masuk ke dalam tubuh. Pada dasarnya, gejala roseola dapat dibagi menjadi dua fase, yaitu fase demam dan fase ruam kulit. Berikut adalah penjelasan lengkap terkait masing-masing fase.

1. Fase Demam

Pada fase ini, anak akan mengalami demam yang mendadak tinggi, yaitu berkisar antara 38–41 derajat Celcius selama 3–5 hari. Setelah itu, demam akan berangsur-angsur turun dengan sendirinya. Namun, dalam beberapa kasus, demam tinggi ini dapat membuat anak mengalami kejang demam.

Selama demam ini, anak biasanya terlihat aktif dan baik, namun bisa juga mengalami  beberapa gejala lainnya, yaitu:

  • Lemas
  • Mata merah atau konjungtivitis.
  • Batuk dan pilek.
  • Muntah.
  • Diare.
  • Kelopak mata membengkak.
  • Bengkak di gendang telinga.
  • Tidak nafsu makan.
  • Rewel.
  • Limfadenopati atau pembengkakan kelenjar getah bening.
  • Muncul Nagayama spots, yaitu bercak kemerahan pada dinding mulut bagian dalam atas dan uvula (bagian belakang tenggorokan yang menggantung di langit-langit mulut).

2. Fase Ruam Kulit

Setelah demam turun pada  3–5 hari pertama, ruam merah (rash) akan muncul pada kulit anak yang dikenal dengan istilah exanthema subitum. Ciri-ciri dari ruam merah akibat roseola adalah ruam berukuran 2–5mm, berwarna merah muda atau merah, bisa sedikit menonjol ataupun rata dengan kulit, dan warnanya dapat memudar jika kulit ditekan dengan jari.

Exanthema subitum awalnya akan muncul pada area dada, punggung, atau perut. Selama beberapa waktu, ruam ini dapat menyebar ke seluruh bagian tubuh, seperti leher, wajah, lengan, dan kaki. Fase ruam kulit biasanya akan berlangsung selama 1–2 hari dan bisa menghilang dengan sendirinya.

Komplikasi Roseola

Roseola adalah penyakit yang cenderung tidak berbahaya dan sering kali menimbulkan gejala yang tergolong ringan. Namun, pada kasus yang jarang terjadi, roseola yang tidak segera mendapatkan penanganan dengan tepat bisa menimbulkan komplikasi, yaitu:

  • Infeksi telinga.
  • Kejang demam.

Jika menyerang anak dengan sistem imun tubuh yang lemah, seperti karena memiliki gizi buruk atau baru menjalani transplantasi organ, roseola juga berisiko menimbulkan sejumlah komplikasi serius, di antaranya:

  • Pneumonia.
  • Radang otak.
  • Meningitis.
  • Miokarditis yaitu peradangan yang terjadi pada miokardium atau otot jantung.
  • Rhabdomiolisis atau kerusakan dan kematian jaringan otot.

Diagnosis Roseola

Langkah awal yang dilakukan dokter untuk menegakkan diagnosis roseola adalah wawancara medis (anamnesis) dengan keluarga pasien guna mengetahui keluhan yang dialami atau terlihat pada anak. Selain itu, dokter juga dapat menanyakan apakah pasien sempat mengalami kejang selama demam.

Kemudian, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan mengukur suhu tubuh anak untuk memastikan gejala-gejala yang dialami pasien. Jika ditemukan ruam merah pada kulit anak, dokter akan melakukan pemeriksaan dengan menekan kulit anak guna membedakan ruam akibat roseola dengan ruam pada penyakit lainnya.

Jika diperlukan, dokter akan mengarahkan pasien untuk menjalani pemeriksaan laboratorium darah guna membantu mengonfirmasi diagnosis roseola dan mendeteksi kemungkinan penyakit lain.

Pengobatan Roseola

Pada dasarnya, roseola adalah penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya (self-limiting disease) dalam jangka waktu 7 hari sejak gejala awal muncul. Tidak ada pengobatan khusus untuk roseola infantum. Meski demikian, penting untuk tetap menangani roseola dengan tepat guna mempercepat proses pemulihan dan menghindari risiko komplikasi.

Adapun beberapa metode yang dapat dilakukan dokter untuk menangani roseola adalah sebagai berikut:

  • Meresepkan parasetamol jika anak masih atau sedang mengalami demam. Jangan berikan aspirin kepada anak-anak karena aspirin dapat menyebabkan kondisi kesehatan serius yang disebut sindrom Reye.
  • Meresepkan obat antimual untuk membantu meredakan mual dan muntah.
  • Memberikan suplemen multivitamin untuk membantu meningkatkan daya tahan tubuh anak sehingga dapat mempercepat proses pemulihan.
  • Memberikan cairan infus jika anak mengalami gejala dehidrasi.

Selanjutnya Klik Link Ini : Data macau

Guna membantu mengoptimalkan proses pemulihan anak selama masa infeksi, dokter juga dapat menyarankan orang tua pasien untuk melakukan perawatan mandiri di rumah, seperti:

  • Meletakkan kompres bersuhu ruangan (menggunakan air biasa) pada dahi dan tubuh anak secara rutin untuk membantu meredakan demam.
  • Mengenakan pakaian yang longgar pada anak.
  • Selalu memberikan minum kepada anak untuk mencukupi kebutuhan cairan tubuh.
  • Mengarahkan anak untuk istirahat yang cukup dan membatasi aktivitas sehari-hari terlebih dahulu.

Pencegahan Roseola

Hingga saat ini, belum ada jenis vaksinasi yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya roseola pada anak. Namun, ada sejumlah cara yang bisa dilakukan untuk meminimalkan risiko penyebaran roseola. Salah satunya adalah dengan menggunakan masker di ruangan tertutup saat sedang bersama anak. Berikut adalah uraian selengkapnya.

  • Rutin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, terutama sebelum menyentuh atau memegang anak.
  • Selalu menggunakan masker terutama saat berada di ruangan tertutup bersama anak.
  • Karena bayi berusia di bawah 2 tahun tidak dianjurkan untuk menggunakan masker, sebaiknya arahkan si Kecil untuk menghindari kontak langsung dengan orang lain yang sedang batuk atau pilek di tempat umum.
  • Menerapkan etika batuk dan bersin yang benar, yaitu menutupi batuk dengan lengan, bukan dengan telapak tangan, terutama saat berada di dekat anak.
  • Tidak membawa anak bepergian keluar rumah saat sedang sakit.
  • Menghindari penggunaan peralatan pribadi bersama.
  • Rutin membersihkan permukaan benda yang sering disentuh, seperti gagang pintu, meja, kursi, mainan anak, dan remote televisi.

Jika si Kecil mengalami gejala tidak biasa yang berkaitan dengan penyakit roseola, sebaiknya segera gunakan layanan Telekonsultasi untuk berkonsultasi dengan dokter dan memperoleh saran perawatan yang tepat dari mana pun dan kapan pun.