Alergi susu sapi adalah jenis alergi yang cukup umum terjadi, terutama pada anak-anak. Penderita kondisi ini biasanya langsung memunculkan reaksi alergi setelah mengonsumsi susu sapi, seperti gatal-gatal, muntah, suara pernapasan mengi, hingga masalah pencernaan.

Pada kasus yang parah, alergi susu sapi dapat menyebabkan kondisi syok anafilaksis yang dapat mengancam nyawa penderitanya. Mari pelajari lebih lanjut tentang alergi susu sapi melalui artikel di bawah ini.

Mengenal Alergi Susu Sapi

Alergi susu sapi adalah reaksi berlebihan dari sistem kekebalan tubuh terhadap kandungan protein dalam susu sapi maupun produk olahan susu sapi. Gejala alergi ini biasanya terdeteksi saat bayi masih berusia di bawah 6 bulan dan dapat membaik setelah anak berusia sekitar 6 tahun.

Perlu diketahui bahwa alergi susu berbeda dengan intoleransi laktosa. Alergi susu melibatkan sistem imun sebagai faktor pemicunya, sementara intoleransi laktosa disebabkan oleh adanya gangguan pada sistem pencernaan sehingga usus tidak bisa mencerna laktosa dan kondisi ini tidak melibatkan sistem imun.

Penyebab Alergi Susu Sapi

Seperti yang sudah dijelaskan, alergi susu sapi terjadi ketika sistem imun tubuh memberikan reaksi berlebihan terhadap kandungan protein dalam susu sapi. Hal ini merangsang tubuh untuk melepaskan histamin dan zat kimia lain yang dapat memicu gejala alergi.

Penderita alergi susu sapi diketahui memiliki sensitivitas tinggi terhadap salah satu atau dua protein yang terkandung di dalam susu sapi, yaitu protein kasein dan protein whey. Kondisi ini sering kali dikaitkan dengan reaksi hipersensitivitas tipe 1 (salah satu jenis tipe reaksi alergi) yang diperantarai oleh IgE. Namun, tidak menutup kemungkinan juga diakibatkan oleh reaksi imunologis nonIgE.

Adapun beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang memiliki alergi terhadap susu sapi adalah sebagai berikut:

  • Sistem pencernaan bayi yang belum berfungsi dengan baik.
  • Riwayat alergi pada orang tua, seperti asma atau eksim dan alergi terhadap susu.
  • Dermatitis atopik pada anak (anak yang memiliki riwayat atau menderita dermatitis atopik lebih berisiko memiliki alergi susu sapi).
  • Riwayat alergi pada jenis minuman atau makanan lainnya.

Gejala Alergi Susu Sapi

Gejala alergi susu bisa berbeda-beda pada setiap penderita. Pada bayi, gejala dapat muncul pertama kali di usia 1 bulan (biasanya di bawah usia 6 bulan). Gejala ini dapat muncul dalam satu jam (reaksi cepat) atau setelah satu jam (reaksi lambat) sesudah mengonsumsi protein susu sapi. Sejumlah gejala yang umumnya ditimbulkan adalah sebagai berikut:

  • Bibir atau mulut gatal-gatal.
  • Bentol (urtikaria) dan ruam di tubuh.
  • Batuk dan napas pendek.
  • Bibir atau lidah bengkak.
  • Mata berair.
  • Muntah.
  • Diare, terkadang disertai darah.
  • Gagal tumbuh.
  • Hidung gatal dan berair.
  • Sesak napas dan mengi.
  • Perut kram dan kembung (kolik pada bayi).

Beberapa gejala tersebut bisa muncul dalam waktu beberapa menit atau jam setelah mengonsumsi susu sapi. Namun, untuk diare, eksim, sesak napas, hingga asma bisa muncul beberapa hari setelah minum susu sapi.

Selain itu, alergi susu sapi juga dapat memicu reaksi alergi parah (anafilaksis) yang ditandai dengan sesak napas, jantung berdebar, tekanan darah menurun, dan penurunan kesadaran. Kondisi ini dapat membahayakan nyawa sehingga membutuhkan pertolongan medis dengan cepat.

Diagnosis Alergi Susu Sapi

Dalam menegakkan diagnosis terhadap alergi susu sapi, dokter akan melakukan wawancara medis (anamnesis) untuk mengetahui tentang gejala dan riwayat kesehatan pasien, termasuk riwayat kesehatan keluarganya. Dilanjutkan dengan melakukan pemeriksaan fisik untuk menilai reaksi alergi yang muncul.

Dokter juga dapat melakukan pemeriksaan penunjang, seperti tes darah dan uji IgE spesifik jika diperlukan. Pemeriksaan ini dilakukan dengan uji tusuk kulit (skin prick test), patch test, atau uji serum spesifik IgE. Selain itu, dokter juga bisa merekomendasikan pasien untuk melakukan uji eliminasi dan provokasi makanan (uji coba konsumsi makanan jenis tertentu yang dicurigai sebagai penyebab reaksi alergi).

Pengobatan Alergi Susu Sapi

Pengobatan yang dapat dilakukan untuk alergi susu sapi adalah dengan menghindari susu sapi tersebut dan segala produk olahannya, namun tetap perlu diimbangi dengan memberikan nutrisi seimbang yang sesuai untuk tumbuh kembang bayi atau anak.

Bagi bayi yang memiliki alergi terhadap susu sapi, ibu tetap dapat memberikan ASI eksklusif sembari menghindari makanan atau minuman yang mengandung protein dari susu sapi dan produk turunannya dalam menu harian. Dalam upaya memenuhi nutrisi bayi, ibu dapat mengonsumsi suplemen kalsium dan vitamin D.

Selanjutnya di TVTOGEL 

Selain itu, hindari menggaruk area kulit yang terdapat ruam dan kemerahan akibat reaksi alergi. Alih-alih menggaruknya, berikan kompres dingin pada area kulit yang terdampak untuk mengurangi rasa gatal.

Jika penderita mengalami reaksi alergi yang berat, seperti sesak napas, pembengkakan (di bibir, mata, dan saluran napas), serta peningkatan lendir di saluran pernapasan, segera lakukan pemeriksaan ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan pertama terhadap reaksi alergi berat (anafilaksis) tersebut.

Adapun beberapa penanganan medis yang umumnya diberikan oleh dokter untuk meredakan gejala akibat alergi susu sapi (sesuai tingkat keparahannya) adalah sebagai berikut:

  • Pemberian obat antihistamin, untuk meredakan gejala akibat reaksi alergi.
  • Pemberian obat suntik epinephrine (adrenalin), untuk mengatasi reaksi anafilaksis.

Pencegahan Alergi Susu Sapi

Cara paling efektif dalam mencegah kambuhnya alergi susu sapi adalah menghindari susu sapi dan produk olahannya, seperti mentega, yoghurt, puding, kue, es krim, keju, bahan makanan yang mengandung laktosa atau laktat (coklat, permen, dan karamel), serta produk yang mengandung protein whey dan kasein lainnya.

Selain itu, jangan lupa untuk membaca komposisi setiap label produk kemasan sebelum mengonsumsi makanan atau minuman. Pada ibu menyusui, usahakan untuk memberikan ASI eksklusif tanpa penambahan susu formula atau minuman dan makanan lainnya selama 6 bulan pertama kehidupan bayi.

Ibu menyusui sebaiknya menghentikan konsumsi susu sapi atau produk yang mengandung susu sapi jika bayi sudah terdiagnosis alergi susu sapi. Adapun beberapa hal lain yang bisa dilakukan untuk mencegah munculnya gejala alergi terhadap susu sapi adalah:

  • Membawa makanan atau bekal dari rumah agar lebih aman dikonsumsi.
  • Jika membeli makanan, beri tahu penjual atau juru masak untuk tidak menambahkan produk yang mengandung susu sapi dan olahannya pada makanan.
  • Menghindari penggunaan alat masak atau alat makan yang sama dengan orang lain.
  • Memberitahu keluarga atau teman bila Anda atau anak Anda memiliki alergi susu sehingga mereka bisa membantu mencegahnya.
  • Bagi bayi yang mengonsumsi susu formula, orang tua dapat berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan anjuran konsumsi susu formula hipoalergenik (produk yang telah diformulasikan sebisa mungkin untuk tidak menimbulkan reaksi alergi) atau susu yang berbahan dasar kedelai (soya) secara tepat.