Asbestosis adalah penyakit paru-paru kronis yang disebabkan oleh paparan serat asbes dalam jangka waktu yang lama. Asbes sendiri merupakan sejenis mineral yang kerap digunakan untuk membuat atap bangunan, melapisi lantai, dan lain sebagainya. Asbes yang sudah rusak dapat mengeluarkan debu halus yang mengandung serat asbes sehingga rentan terhirup oleh manusia. Mari pahami lebih lanjut mengenai apa itu asbestosis melalui artikel berikut ini.

Apa itu Asbestosis?

Seperti yang telah dijelaskan bahwa asbestosis adalah penyakit paru-paru kronis yang terjadi ketika seseorang menghirup serat asbes dalam jangka waktu yang lama. Karena strukturnya yang kecil dan relatif tajam, asbes atau asbestos sulit dikeluarkan dari saluran napas dan lama-kelamaan bisa mengiritasi, mengendap, dan bisa menyebabkan peradangan hingga kerusakan jaringan paru-paru.

Asbestosis merupakan penyakit akibat kerja (PAK) atau occupational disease yang sering terjadi. Asbes merupakan produk mineral alami yang tahan terhadap panas dan korosi. Asbes sering digunakan secara luas di masa lalu terutama dalam produk-produk seperti insulasi, semen, dan beberapa ubin atau keramik lantai.

Penyebab Asbestosis

Penyebab utama asbestosis adalah paparan serat asbes secara terus-menerus dan dalam jangka waktu yang lama (kronis). Serat asbes tersebut kemudian akan terperangkap di dalam alveoli (kantong udara pada paru-paru) yang bisa menyebabkan peradangan dan membentuk jaringan parut.

Akibatnya, paru-paru menjadi kaku sehingga membuat organ tersebut tidak bisa mengembang dan mengempis dengan normal. Hal inilah yang mengakibatkan penderita asbestosis mengalami kesulitan bernapas. Kondisi tersebut juga bisa semakin memburuk apabila penderitanya memiliki kebiasaan merokok.

Di samping itu, asbestosis juga lebih berisiko dialami oleh seseorang yang memiliki pekerjaan berikut ini:

  • Penambang.
  • Pekerja di jalan kereta api.
  • Pekerja perkapalan.
  • Buruh pada pabrik asbes.
  • Pekerja bangunan, terutama yang melakukan pengecatan.
  • Mekanik.
  • Teknisi listrik.
  • Pekerja mesin frais/milling.

Selain dari beberapa pekerjaan yang telah disebutkan di atas, asbestos dalam bentuk debu juga bisa terhirup dari berbagai barang yang terdapat di rumah, mulai dari pipa, plafon popcorn (popcorn ceiling), hingga lantai keramik.

Paparan asbestosis sekunder (secondhand exposure) juga bisa terjadi pada keluarga dari pekerja yang terpapar karena serat asbestos dapat menempel pada pakaian. Masyarakat yang tinggal di area sekitar tambang juga mungkin terpapar serat asbestos yang dilepaskan ke udara.

Gejala Asbestosis

Asbestosis dapat menimbulkan gejala yang beragam, mulai dari ringan hingga berat. Gejala asbestosis umumnya baru muncul pada 10–40 tahun setelah penderitanya terpapar serat asbes. Beberapa gejala umum dari asbestosis adalah sebagai berikut:

  • Sesak napas.
  • Batuk kering kronis.
  • Nyeri pada dada.
  • Mengi.
  • Kehilangan nafsu makan.
  • Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.
  • Pembengkakan pada leher atau wajah.
  • Sangat lelah.
  • Clubbing finger.

Diagnosis Asbestosis

Asbestosis cenderung menimbulkan gejala yang serupa dengan gangguan pernapasan lainnya. Hal tersebut mungkin membuat dokter kesulitan untuk menegakkan diagnosis asbestosis. Kendati demikian, dokter dapat melakukan wawancara medis (anamnesis) untuk mengetahui keluhan, riwayat penyakit, serta jenis pekerjaan pasien guna menegakkan diagnosis kondisi ini.

Lalu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik secara lengkap, termasuk pemeriksaan menggunakan stetoskop untuk mendengarkan suara paru-paru. Kemudian, guna membantu mengonfirmasi diagnosis asbestosis, dokter juga dapat melakukan beberapa pemeriksaan penunjang berikut ini:

  • Tes darah.
  • Tes pencitraan, seperti rontgen dada dan CT scan.
  • Tes fungsi paru-paru, termasuk spirometri.
  • Bronkoskopi.
  • Oksimetri.
  • Thoracentesis, dilakukan dengan mengambil cairan dari paru-paru untuk dianalisis di laboratorium.
  • Biopsi jaringan paru-paru.

Pengobatan Asbestosis

Perlu diketahui, asbestosis tidak bisa disembuhkan sepenuhnya. Sebab, jaringan paru-paru yang sudah rusak tidak bisa diperbaiki kembali. Pada dasarnya, tujuan dari pengobatan asbestosis adalah untuk membantu meredakan gejala, memperlambat perkembangan penyakit, serta mencegah terjadinya komplikasi. Adapun beberapa metode yang dapat dilakukan untuk menangani asbestosis adalah:

  • Terapi obat-obatan dengan kortikosteroid untuk meredakan peradangan pada paru-paru.
  • Terapi oksigen, untuk mengatasi kekurangan oksigen karena gangguan pernapasan.
  • Terapi rehabilitasi paru-paru, untuk membantu mengoptimalkan fungsi paru-paru sehingga dapat bekerja dengan lebih efektif.
  • Transplantasi paru-paru untuk menangani penurunan fungsi paru-paru yang sudah parah.

Selama menjalani pengobatan, pasien diminta untuk rutin menjalani pemeriksaan ke dokter. Melalui pemeriksaan rutin, dokter dapat mengetahui perkembangan kondisi pasien dengan melakukan pemindaian serta tes fungsi paru-paru secara berkala.

Guna membantu mengoptimalkan proses pengobatan, pasien juga direkomendasikan untuk menerapkan gaya hidup sehat sebaik mungkin, seperti:

  • Menghindari paparan debu asbes.
  • Berhenti merokok dan menjauhi paparan asap rokok.
  • Melakukan vaksinasi flu dan pneumonia.

Komplikasi Asbestosis

Asbestosis dapat menimbulkan komplikasi serius yang bisa mengganggu sistem pernapasan secara keseluruhan, terlebih jika penderita terpapar asbes secara terus-menerus dan memiliki kebiasaan merokok. Adapun beberapa risiko komplikasi asbestosis adalah:

  • Kanker paru-paru, terutama pada penderita asbestosis yang memiliki kebiasaan merokok.
  • Mesothelioma.
  • Penebalan jaringan pleura (selaput pembungkus paru-paru).
  • Efusi pleura, yaitu penumpukan cairan pada rongga pleura (rongga yang berada di antara lapisan pleura pembungkus paru-paru dan dinding dalam rongga dada.
  • Kanker laring.

Pencegahan Asbestosis

Langkah terbaik yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya asbestosis adalah menghindari paparan asbes, terutama bagi seseorang yang bekerja di bidang yang rentan terpapar zat tersebut. Hal tersebut bisa dilakukan dengan mengenakan pelindung wajah, masker, serta pakaian khusus saat sedang bekerja. Anda juga dapat berkonsultasi dengan dokter maupun ahli lingkungan untuk meminimalkan paparan partikel berbahaya ini

Cek bangunan dan lingkungan di sekitar Anda. Pilih material yang aman bagi tubuh apabila Anda hendak membuat bangunan baru. Jika atap rumah menggunakan asbes dan telah rusak, segera ganti atap tersebut menggunakan material lain yang lebih aman. Sebaiknya, hubungi teknisi atau orang yang berpengalaman untuk mengganti atap asbes tersebut.