Batuk kronis adalah batuk yang berlangsung dalam jangka waktu panjang, yaitu lebih dari 2 bulan pada orang dewasa atau lebih dari 1 bulan pada anak-anak. Kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai hal, mulai dari kebiasaan merokok, gangguan sistem pernapasan, hingga refluks asam lambung. Mari kenali penyebab, gejala, hingga pengobatan batuk kronis selengkapnya dalam artikel berikut ini.
Apa itu Batuk Kronis?
Seperti yang telah dijelaskan, batuk kronis adalah batuk yang berlangsung dalam jangka waktu panjang. Batuk kronis sering kali mengganggu kualitas tidur seseorang sehingga membuatnya merasa mudah lelah. Pada kasus yang parah, batuk kronis juga bisa menyebabkan muntah, nyeri kepala ringan, hingga patah tulang rusuk. Kondisi ini biasanya dapat disembuhkan dengan menangani penyebab yang mendasarinya.
Penyebab Batuk Kronis
Pada dasarnya, batuk merupakan respons alami tubuh untuk membantu membersihkan saluran pernapasan serta mencegah terjadinya infeksi. Stimulus yang dapat menyebabkan timbulnya batuk sangat beragam, mulai dari adanya partikel yang terhirup, mukus atau dahak berlebih pada saluran napas, peradangan saluran napas, hingga benda asing pada saluran napas.
Batuk yang tak kunjung sembuh dan berlangsung selama berminggu-minggu umumnya disebabkan oleh kondisi medis tertentu. Dalam banyak kasus, batuk kronis dapat disebabkan oleh beberapa kondisi medis sekaligus. Adapun sejumlah kondisi yang sering kali menyebabkan seseorang mengalami batuk kronis adalah sebagai berikut:
- Postnasal drip (kondisi ketika lendir dari hidung masuk ke bagian belakang tenggorokan sehingga menyebabkan batuk kering).
- Asma.
- Alergi.
- Gastroesophageal reflux disease (GERD).
- Infeksi saluran pernapasan, seperti pneumonia, flu, tuberkulosis, COVID-19, dan lain sebagainya.
- Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), seperti bronkitis dan emfisema.
- Kebiasaan merokok.
- Efek samping obat antihipertensi jenis angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor, seperti captopril.
Meski jarang terjadi, batuk kronis juga bisa dipicu oleh beberapa kondisi berikut ini:
- Aspirasi, yaitu kondisi ketika makanan atau zat asing tertentu masuk ke dalam saluran pernapasan.
- Bronkiektasis.
- Bronkiolitis (infeksi saluran napas kecil atau bronkiolus).
- Cystic fibrosis.
- Penyakit paru interstisial (penyakit paru-paru yang ditandai oleh peradangan dan pembentukan jaringan parut (fibrosis) di paru-paru.
- Sarkoidosis.
- Kanker paru-paru.
- Gagal jantung.
Gejala Batuk Kronis
Pada dasarnya, batuk kronis adalah gejala dari suatu penyakit. Namun, kondisi ini juga bisa disertai dengan gejala lain, yang mana hal tersebut akan tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Adapun beberapa gejala lain yang kerap menyertai batuk kronis adalah:
- Pilek.
- Hidung tersumbat.
- Adanya dahak di tenggorokan.
- Suara serak.
- Sakit tenggorokan.
- Sesak napas.
- Nyeri di ulu hati.
- Mulut terasa pahit.
- Demam.
- Berkeringat di malam hari.
- Kesulitan menelan.
- Mual atau muntah.
- Mudah lelah.
- Pada kasus yang jarang terjadi, kondisi ini juga bisa disertai dengan batuk berdarah.
Diagnosis Batuk Kronis
Untuk mencari tahu penyebab yang mendasari batuk kronis, dokter akan terlebih dahulu melakukan wawancara medis (anamnesis) terkait dengan keluhan dan riwayat kesehatan pasien. Kemudian, dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik secara lengkap untuk mendeteksi gejala yang dialami oleh pasien secara keseluruhan.
Guna menegakkan diagnosis penyebab yang mendasari batuk kronis, dokter juga dapat melakukan beberapa pemeriksaan penunjang, seperti:
- Tes fungsi paru-paru, seperti spirometri, untuk mengevaluasi kapasitas paru-paru.
- Tes dahak, untuk memeriksa keberadaan infeksi bakteri pada sampel dahak pasien.
- Tes pencitraan, seperti rontgen dada atau CT scan, untuk memeriksa kondisi paru-paru.
- Endoskopi, untuk memeriksa kondisi kerongkongan dan lambung.
- Bronkoskopi, untuk mengevaluasi kondisi bronkus.
- Rinoskopi, untuk mengevaluasi dan melihat kondisi hidung, sinus, dan saluran napas bagian atas.
- Biopsi jaringan paru-paru, untuk mendeteksi kemungkinan adanya kanker paru-paru.
Pengobatan Batuk Kronis
Pengobatan batuk kronis dapat dilakukan sesuai dengan penyebab yang mendasarinya. Apabila disebabkan oleh kebiasan merokok, pasien perlu menghentikan gaya hidup tidak sehat tersebut sesegera mungkin. Sementara itu, jika terjadi akibat efek samping obat antihipertensi, dokter dapat meresepkan jenis obat lain untuk menangani tekanan darah tinggi yang dialami pasien.
Di samping itu, beberapa jenis obat yang dapat digunakan untuk membantu mengatasi batuk kronis adalah sebagai berikut:
- Antibiotik, seperti cefuroxime dan azithromycin, untuk menangani batuk kronis yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
- Antihistamin, seperti fexofenadine dan cetirizine, untuk menangani batuk kronis akibat alergi.
- Inhaler yang mengandung kortikosteroid dan bronkodilator untuk menangani batuk kronis akibat asma.
- Dekongestan, seperti pseudoephedrine untuk meredakan gejala hidung tersumbat.
- Penghambat pompa proton, seperti lansoprazole dan omeprazole, untuk menangani batuk kronis akibat GERD.
- Antagonis H2, seperti famotidine dan cimetidine, untuk menangani batuk kronis akibat GERD.
- Antasida.
Komplikasi Batuk Kronis
Batuk kronis dapat mengganggu aktivitas sehari-hari hingga berdampak pada kualitas hidup penderitanya. Kondisi ini juga bisa menyebabkan seseorang mengalami insomnia atau kesulitan tidur. Selain itu, beberapa risiko komplikasi batuk kronis adalah sebagai berikut:
- Nyeri kepala kronis.
- Inkontinensia urine.
- Perdarahan subkonjungtiva.
- Hernia.
- Patah (fraktur) tulang rusuk.
- Pingsan.
Pencegahan Batuk Kronis
Pada dasarnya, penderita batuk kronis disarankan untuk menerapkan pola hidup sehat sebaik mungkin untuk membantu meredakan gejala yang dialami. Namun, tak hanya meredakan gejala, hal tersebut juga bisa membantu meminimalkan risiko terjadinya batuk kronis. Adapun sejumlah pola hidup sehat yang perlu diterapkan untuk mencegah terjadinya batuk kronis adalah:
- Tidak merokok dan menjauhi paparan asap rokok.
- Memperbanyak minum air putih, setidaknya 2 liter atau setara dengan 8 gelas per hari.
- Mengonsumsi makanan berserat tinggi, seperti sayur dan buah.
- Menghindari kontak langsung dengan orang yang sedang sakit, terutama penderita bronkitis dan pneumonia.
- Menghindari paparan debu atau polusi udara dengan menggunakan masker saat di luar ruangan.
- Menghindari konsumsi makanan berlebihan serta tidak berbaring setidaknya 3 jam setelah makan, terutama jika menderita refluks asam lambung atau GERD.
- Menggunakan obat-obatan asma sesuai dengan anjuran dokter.