Kemoterapi adalah salah satu pilihan pengobatan kanker yang paling sering digunakan untuk membunuh sel kanker di dalam tubuh. Sayangnya, prosedur ini bisa menimbulkan sejumlah efek samping yang dapat membuat orang yang menjalaninya merasa tidak nyaman, seperti mual dan muntah, rambut rontok, rasa nyeri, dan lain-lain. Mari pahami tentang efek samping kemoterapi lebih lanjut dengan menyimak ulasan di bawah ini sampai tuntas.

Macam-Macam Efek Samping Kemoterapi

Kemoterapi bekerja dengan cara menargetkan sel-sel aktif yang tumbuh dan membelah sebagai bagian dari siklus sel normal. Baik sel kanker maupun sel sehat termasuk dalam sel aktif yang menjalani siklus sel. Hanya saja, sel kanker biasanya tumbuh lebih cepat daripada sel sehat. Artinya, lebih mudah bagi kemoterapi untuk menyerang sel kanker.

Sayangnya, jenis terapi kanker ini juga dapat menyebabkan beberapa sel sehat menjadi rusak, termasuk sel-sel di dalam darah, mulut, folikel rambut, dan sistem pencernaan. Efek samping kemoterapi terjadi akibat sel-sel sehat yang mengalami kerusakan.

Namun, bagi sebagian besar jenis kemoterapi, efek samping yang timbul tidak menunjukkan seberapa baik pengobatan bekerja. Adapun macam-macam efek samping yang bisa muncul setelah menjalani kemoterapi adalah sebagai berikut.

1. Rambut Rontok

Efek samping kemoterapi yang pertama adalah dapat menyebabkan rambut rontok, termasuk rambut kepala, alis, bulu mata, ketiak, hingga kemaluan. Kerontokan rambut bisa terjadi sedikit demi sedikit atau dalam gumpalan besar. Gejala ini biasanya dimulai saat minggu-minggu pertama kemoterapi, dan biasanya semakin memburuk pada 1 hingga 2 bulan kemoterapi.

2. Kelelahan dan Nyeri

Salah satu efek samping yang paling umum dari kemoterapi adalah kelelahan. Pasien biasanya akan merasa lelah atau letih meski sudah tidur dan istirahat dengan cukup. Selain itu, pasien juga dapat mengalami nyeri di beberapa bagian tubuh, seperti nyeri kepala, nyeri otot, dan nyeri perut.

Nyeri juga bisa terjadi akibat kerusakan saraf. Pada kondisi ini, gejala yang ditimbulkan adalah rasa terbakar, mati rasa, serta nyeri yang menusuk pada jari tangan dan kaki. Nyeri akibat kerusakan saraf biasanya akan semakin parah seiring bertambahnya dosis kemoterapi.

3. Sakit Mulut dan Tenggorokan

Dampak dari kemoterapi berikutnya adalah rasa sakit di area mulut dan tenggorokan. Kemoterapi dapat menyebabkan kerusakan pada sel-sel di dalam mulut serta tenggorokan  sehingga menimbulkan luka yang disebut dengan mukositis pada area tersebut. Luka pada mulut umumnya muncul pada 5–14 hari setelah kemoterapi dilakukan.

Namun, efek samping ini biasanya akan hilang sepenuhnya ketika perawatan berakhir. Selain sakit mulut dan tenggorokan, pasien mungkin juga mengalami mulut bau, kering, dan penurunan kemampuan indra pengecap.

4. Diare

Sebagian pasien mungkin mengalami diare setelah melakukan kemoterapi. Bukan tanpa alasan, kondisi ini dapat terjadi karena obat kemoterapi berpotensi merusak sel-sel sehat yang ada di dalam usus. Selain diare, gangguan pencernaan lainnya, seperti sembelit dan perut kembung, juga bisa terjadi. Bila mengalami diare, pasien disarankan untuk memperbanyak asupan air putih guna mencegah dehidrasi.

5. Mual dan Muntah

Efek samping kemoterapi berikutnya adalah mual dan muntah. Tingkat keparahan efek samping ini tergantung dari seberapa sering kemoterapi dilakukan serta jenis obat yang digunakan. Guna mencegah efek samping ini, dokter biasanya akan memberikan obat khusus sebelum dan sesudah kemoterapi dilakukan.

6. Gangguan Darah

Efek samping kemoterapi lainnya adalah gangguan produksi sel darah. Kemoterapi dapat memengaruhi kerja sumsum tulang (jaringan spons di dalam tulang) dalam memproduksi sel darah baru sehingga akhirnya hanya dapat memproduksi sedikit sel darah. Hal tersebut bisa meningkatkan risiko gangguan darah pada pasien, seperti anemia (kekurangan sel darah merah), leukopenia (kekurangan sel darah putih), dan trombositopenia (kekurangan trombosit).

Selengkapnya Di Tvtogel

Anemia dapat menyebabkan seseorang tampak pucat, kelelahan, hingga sesak. Kekurangan sel darah putih dapat menyebabkan seseorang rentan terkena infeksi, sedangkan kekurangan trombosit dapat menyebabkan seseorang mudah mengalami memar dan perdarahan (mimisan dan perdarahan gusi).

Atasi masalah anemia dengan mengonsumsi makanan tinggi zat besi, seperti daging, kacang, dan gandum utuh. Tingkatkan daya tahan tubuh untuk mencegah infeksi dengan menerapkan pola hidup sehat, serta hubungi dokter apabila mengalami perdarahan agar segera mendapatkan penanganan dalam menghentikan perdarahan dan tindakan transfusi platelet jika diperlukan.

7. Kerusakan Saraf

Obat-obatan yang diberikan selama kemoterapi juga berisiko menyebabkan kerusakan saraf. Bila hal ini terjadi, pasien biasanya akan mengalami rasa kesemutan, rasa terbakar, kelemahan atau mati rasa di tangan/kaki, kehilangan keseimbangan tubuh, gemetar, leher kaku, serta masalah dalam fungsi penglihatan, pendengaran, dan berjalan.

Gejala ini umumnya akan membaik setelah dosis kemoterapi diturunkan atau selesai dilakukan. Biasanya, diperlukan waktu 6–12 bulan hingga gejala membaik setelah kemoterapi berakhir.

8. Gangguan Berpikir dan Memori

Setelah menjalani kemoterapi, sebagian pasien kanker mungkin dapat mengalami kesulitan dalam berpikir jernih dan berkonsentrasi. Kondisi ini dikenal juga dengan istilah chemobrain. Dokter menggambarkan kondisi tersebut sebagai perubahan fungsi kognitif atau disfungsi kognitif. Efek samping ini biasanya akan membaik setelah kemoterapi berakhir.

9. Masalah Reproduksi

Efek samping kemoterapi yang perlu diwaspadai selanjutnya adalah dapat memengaruhi kesuburan. Untuk itu, bila pasien kanker masih ingin memiliki anak setelah menjalani kemoterapi, sebaiknya diskusikan hal ini sejak awal dengan dokter. Selain itu, rasa sakit akibat kanker maupun pengobatannya sering kali memengaruhi kemampuan seseorang dalam menikmati hubungan seksual.

Beberapa efek samping kemoterapi di atas sebagian bisa hilang setelah sesi kemoterapi berakhir, namun bisa juga baru muncul berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah dilakukannya kemoterapi. Jadi, bila Anda sedang ataupun pernah menjalani kemoterapi, usahakan untuk memeriksakan diri secara rutin ke dokter guna memantau risiko terjadinya efek samping.