Diskalkulia adalah kondisi ketika seorang anak kesulitan memahami matematika dasar dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya. Beberapa anak mungkin menganggap bahwa matematika bukan materi yang mudah, namun seiring waktu mereka bisa memahaminya dengan bantuan guru atau orang tua.

Namun, pada anak dengan diskalkulia, mereka bahkan tidak bisa memahami konsep matematika dasar, seperti menghafal angka, mengelompokkan angka, atau menghitung angka. Mari simak pembahasan selengkapnya tentang diskalkulia melalui ulasan di bawah ini.

Apa itu Diskalkulia?

Seperti yang sudah dijelaskan, diskalkulia adalah kondisi di mana seseorang kesulitan untuk memahami konsep matematika dasar. Kondisi ini bukan termasuk dalam gangguan mental dan bisa terjadi pada siapa pun. Kendati demikian, diskalkulia paling sering dialami oleh anak-anak berusia 3–9 tahun. Diskalkulia mempengaruhi sekitar 3–7% orang di seluruh dunia.

Sesuai dengan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders 5th Edition (DSM-5), diskalkulia merupakan salah satu jenis gangguan belajar (learning disability), sama halnya dengan disleksia. Tidak menutup kemungkinan bahwa seseorang mengalami disleksia dan diskalkulia secara bersamaan.

Selengkapnya Klik Di Tvtogel

Hanya saja, disleksia adalah kondisi gangguan belajar yang berhubungan dengan kata. Anak pengidap diskalkulia mungkin memahami logika dari sistem matematika, namun tidak tahu bagaimana dan kapan menerapkannya. Terkadang, penderita juga sulit memahami konsep “lebih besar” atau “lebih kecil.”

Penyebab Diskalkulia

Perlu diketahui bahwa diskalkulia tidak disebabkan oleh rendahnya tingkat kecerdasan maupun jenjang pendidikan seseorang. Penyebab diskalkulia umumnya sulit diidentifikasi. Kondisi ini juga mungkin disebabkan oleh faktor genetik, namun bisa juga dipicu oleh masalah kesehatan lain.

Anak dengan diskalkulia cenderung mempunyai perbedaan di beberapa bagian otak yang berfungsi memproses angka dan perhitungan. Hal ini diduga akibat gangguan perkembangan otak, sehingga sel-sel yang aktif dalam bagian otak tersebut lebih sedikit. Namun, belum diketahui secara pasti alasan mengapa perbedaan itu bisa terjadi dan menimbulkan gangguan berupa kesulitan menghitung.

Kondisi lain yang juga diduga bisa memicu terjadinya diskalkulia adalah kerusakan otak akibat gangguan kesehatan tertentu, seperti tumor otak, cedera otak, stroke, gangguan sistem imun, serta kejang. Diskalkulia juga sering dikaitkan dengan masalah disfungsi kognitif, disleksia, gangguan proses sensorik, autisme, atau ADHD (attention-deficit hyperactivity disorder).

Ciri-Ciri Diskalkulia

Seseorang dengan diskalkulia mungkin tampak mampu melakukan perhitungan pada suatu hari, tetapi kemudian penderita akan lupa melakukan perhitungan pada keesokan harinya. Gejala lain seperti kesulitan mengingat nama atau mengasosiasikan wajah dengan nama juga mungkin juga dialami penderita.

Secara luas, seseorang dengan diskalkulia mungkin akan tampak linglung, cenderung mudah tersesat, kehilangan barang, lupa waktu, atau mudah mengalami disorientasi. Oleh sebab itu, penderita juga mungkin saja didiagnosis menderita ADHD daripada diskalkulia.

Diskalkulia juga dapat memicu perasaan cemas atau rendah diri. Seorang anak mungkin, misalnya, menjadi cemas memikirkan mengerjakan matematika, atau berusaha menghindari aktivitas yang mengharuskannya melakukan perhitungan.

Tanda-tanda diskalkulia bisa berbeda antara satu orang dengan orang lainnya. Pasalnya, jenjang usia sangat berpengaruh dalam hal ini. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah uraian selengkapnya tentang ciri-ciri diskalkulia berdasarkan jenjang usianya, mulai dari PAUD hingga SMA.

A. Pada Anak PAUD atau TK

Kesulitan dalam memahami makna dari simbol, contohnya angka “5” yang mewakili nilai lima.

Menemui kesulitan dalam melakukan perhitungan saat angkanya berjumlah besar, padahal anak-anak sebayanya telah mampu melakukannya.

Kesulitan dalam memahami konsep berhitung, seperti saat diminta mengambil 7 permen, anak tersebut mungkin akan mengambil semua permen dari wadah dan memberikannya, daripada menghitungnya satu per satu dari 1 sampai 7.

Menghadapi kesulitan dalam memahami pola, seperti urutan dari yang terkecil hingga terbesar atau sebaliknya.

B. Pada Anak SD

Masih menggunakan jari-jari sebagai alat bantu dalam melakukan perhitungan daripada menghitungnya di luar kepala.

Kesulitan dalam memahami perbedaan antara operasi matematika seperti tanda tambah (+), kurang (-), dan simbol-simbol lainnya.

Menghadapi kesulitan dalam memahami konsep dasar matematika, seperti contoh sederhana “3+2 = 5.”

Kesulitan dalam memahami konsep umum yang berkaitan dengan matematika, seperti pernyataan “gedung lebih tinggi daripada rumah.”

C. Pada Anak SMP

Kesulitan dalam menuliskan angka dengan jelas atau menempatkannya secara tepat dalam kolom atau baris.

Kesulitan untuk mempertahankan skor dalam permainan olahraga atau aktivitas yang memerlukan pencatatan skor.

Menghadapi kesulitan dengan konsep pecahan dan pengukuran, misalnya dalam mengukur bahan-bahan dalam resep sederhana.

Mengalami kesulitan untuk memahami nilai, baik dalam konteks matematika maupun pada situasi sehari-hari.

D. Pada Anak SMA

Menghadapi kesulitan dalam menerapkan konsep matematika pada situasi sehari-hari, seperti memberikan tip, mengestimasi total pengeluaran, dan hal-hal sejenis.

Kesulitan untuk memahami informasi yang disajikan dalam bentuk grafik.

Mengalami kesulitan dalam mengukur bahan-bahan, seperti yang terjadi saat mempraktikkan resep.

Sulit untuk memilih pendekatan yang berbeda dalam menyelesaikan permasalahan matematika yang sama.

Selain beberapa gejala di atas, diskalkulia juga dapat menyebabkan penderitanya mengalami kesulitan untuk mengikuti arah, sering melamun, kesulitan mengingat tugas maupun cara mengerjakan tugas tersebut dengan benar.

Diagnosis Diskalkulia

Dokter akan melakukan wawancara medis (anamnesis) untuk menanyakan keluhan dan beberapa pertanyaan lain untuk mengevaluasi kondisi mental pasien secara keseluruhan/

Terdapat dua kriteria utama yang dicantumkan DSM-5 terkait gejala gangguan belajar spesifik yang berhubungan dengan matematika, yaitu:

  • Kesulitan menguasai pengertian bilangan, fakta bilangan atau perhitungan.
  • Kesulitan dengan penalaran matematis.

Setidaknya salah satu dari dua kriteria di atas harus terjadi setidaknya selama minimal 6 bulan, bahkan dengan bantuan ahli dan dan sudah terlatih untuk mencoba mengatasinya.

Tidak terdapat pemeriksaan penunjang khusus seperti laboratorium atau pencitraan untuk menegakkan diagnosis diskalkulia. Dokter akan fokus untuk menguji kemampuan anak yang terkait dengan matematika. Dokter juga dapat memeriksa kemampuan penglihatan dan pendengaran anak, serta kondisi kesehatan mental lainnya untuk menyingkirkan kondisi lain yang dialami si Kecil.

Cara Mengatasi Diskalkulia

Bila orang tua mendapati anaknya kesulitan memahami konsep matematika, jangan langsung menganggap bahwa ia mengalami diskalkulia. Diagnosis terhadap kondisi ini memerlukan pemeriksaan dari dokter. Sebab, kesulitan dalam memahami matematika bisa saja disebabkan oleh hal lain, misalnya gangguan penglihatan atau pendengaran.

Jadi, bila si kecil menunjukkan tanda-tanda yang mengarah pada diskalkulia, jangan ragu untuk segera memeriksakannya ke dokter. Bila anak memang terdiagnosis diskalkulia, maka beberapa upaya yang bisa orang tua lakukan di rumah untuk membantu tumbuh kembangnya adalah:

  • Mencari gaya belajar yang tepat dan menerapkannya, misalnya menggunakan ritme musik.
  • Mencoba berdiskusi dan terbuka dengan guru di sekolah mengenai kondisi anak untuk mendapatkan solusi baru mengenai gaya belajar anak yang tepat.
  • Memberikan pujian atau apresiasi terhadap setiap usaha anak untuk belajar matematika.
  • Memberikan support kepada anak agar bisa mengelola kecemasannya. Bantu anak untuk menerima kelemahannya dan mendukungnya mengembangkan kemampuannya di bidang lain.

Diskalkulia adalah kondisi yang bisa diatasi. Ingat, anak dengan diskalkulia bukan berarti tidak pintar. Namun, dengan pendampingan yang tepat, maka anak bisa mengatasi masalahnya dan mengembangkan diri di bidang lain sesuai kemampuannya.