Gangguan skizoafektif adalah suatu gangguan kejiwaan yang merupakan kombinasi dari dua gejala gangguan jiwa lainnya, yaitu skizofrenia dan gangguan suasana hati (afektif). Kondisi ini perlu mendapatkan penanganan serius. Jika dibiarkan, penderitanya akan kesulitan menjalani aktivitas sehari-hari dengan baik.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang penyebab, gejala, hingga cara mengatasi skizoafektif, mari simak ulasan selengkapnya di bawah ini.
Apa itu Skizoafektif?
Skizoafektif adalah gangguan mental yang ditandai dengan kombinasi gejala skizofrenia, seperti halusinasi atau delusi, dan gejala gangguan suasana hati, seperti depresi atau mania. Skizofrenia dapat memengaruhi cara berpikir, bertindak, memandang realita, dan mengekspresikan emosi. Sementara gangguan suasana hati dapat mengubah perasaan, tingkat energi, serta perilaku seseorang.
Jenis-Jenis Skizoafektif
Berdasarkan gejala suasana hati serta skizofrenia yang dialami, gangguan skizoafektif terbagi menjadi dua, yaitu skizoafektif tipe bipolar dan skizoafektif tipe depresi. Berikut masing-masing penjelasannya.
- Tipe bipolar: Jenis gangguan ini menyebabkan penderita mengalami gejala mania dengan intensitas tinggi selama beberapa hari serta mengalami gejala depresi (merasa di titik terendah). Penderita juga bisa mengalami episode peningkatan energi disertai iritabilitas (mudah stres) kemudian diikuti periode energi yang rendah dan kesedihan.
- Tipe depresi: Pada kondisi ini, penderita hanya mengalami depresi yang menyebabkan suasana hati menjadi tertekan, sehingga kesulitan menjalani aktivitas sehari-hari yang juga bisa disertai dengan rasa putus asa.
Penyebab Skizoafektif
Hingga kini, belum diketahui secara pasti apa penyebab skizoafektif. Namun, diketahui bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami gangguan ini. Adapun sejumlah faktor risiko skizoafektif adalah:
- Memiliki kerabat dekat (orang tua atau saudara kandung) yang memiliki gangguan skizoafektif, skizofrenia, atau gangguan bipolar.
- Mengalami peristiwa stres yang dapat memicu gejala.
- Mengonsumsi obat-obatan yang bisa mengubah pikiran, sehingga dapat memperburuk gejala ketika ada gangguan yang sudah mendasarinya terlebih dahulu.
- Kelainan pada jenis neurotransmitter (zat kimia yang memungkinkan sel saraf untuk berkomunikasi satu sama lain) tertentu, seperti dopamin, norepinefrin, dan serotonin sehingga dapat memengaruhi cara sel-sel berkomunikasi. Akibatnya, timbul gejala skizoafektif.
- Kelainan pada struktur bagian otak tertentu, seperti hipokampus, talamus, dan white matter.
Gejala Skizoafektif
Gejala skizoafektif pada setiap orang bisa berbeda-beda, tergantung dari jenisnya bipolar atau depresi. Meski berbeda-beda, namun gejala utama skizoafektif adalah perubahan suasana hati (depresi atau manik). Selain itu, beberapa gejala umum lainnya yang menyertai skizoafektif adalah:
- Gangguan bicara dan komunikasi.
- Halusinasi.
- Delusi.
- Tidur selama beberapa hari.
- Mengalami periode suasana hati manik.
- Gangguan dalam pekerjaan, akademis, dan sosial.
- Kesulitan merawat diri.
- Berperilaku aneh.
- Gejala depresi, meliputi perasaan sedih, hampa, dan tidak berharga.
Diagnosis Skizoafektif
Diagnosis gangguan skizoafektif melibatkan pengesampingan gangguan kesehatan mental lainnya dan menyimpulkan bahwa gejalanya tidak disebabkan oleh penggunaan zat, pengobatan atau kondisi medis. Penentuan diagnosis gangguan skizoafektif dapat meliputi:
- Pemeriksaan fisik. Hal ini dapat dilakukan untuk membantu mengesampingkan masalah lain yang dapat menyebabkan gejala dan untuk memeriksa komplikasi terkait.
- Tes dan skrining. Ini dapat mencakup tes yang membantu menyingkirkan kondisi dengan gejala yang sama, dan skrining untuk konsumsi alkohol dan obat-obatan. Dalam situasi tertentu, dokter juga dapat meminta pemeriksaan pencitraan, seperti MRI atau CT scan.
- Evaluasi psikiatri. Dokter akan memeriksa status mental dengan mengamati penampilan dan sikap, serta menanyakan mengenai pikiran, suasana hati, delusi, halusinasi, penggunaan zat, dan potensi bunuh diri. Tes ini juga mencakup tanya jawab tentang riwayat keluarga dan pribadi.
- Menganalisis kriteria diagnostik untuk gangguan skizoafektif. Dokter dapat menggunakan kriteria dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5).
Adapun kriteria diagnostik atau informasi yang dijelaskan oleh DSM-5 untuk gangguan skizoafektif adalah:
- Periode gangguan mental terjadi secara terus-menerus dan memengaruhi suasana hati (mania atau depresi), termasuk juga gejala skizofrenia (delusi, halusinasi, serta ucapan dan perilaku yang tidak teratur)
- Halusinasi dan delusi yang berlangsung selama setidaknya dua minggu atau lebih tanpa gejala suasana hati.
- Gejala yang memengaruhi suasana hati muncul selama sebagian besar gejala kambuh.
- Tidak ada bukti penggunaan zat atau obat-obatan yang dapat menyebabkan munculnya gejala.
Pengobatan Skizoafektif
Pengidap skizoafektif umumnya memberikan respons positif terhadap kombinasi pengobatan berupa pemberian obat-obatan, psikoterapi, dan pelatihan keterampilan. Meski begitu, pengobatan ini akan tetap disesuaikan dengan gejala yang muncul atau jenis skizoafektif yang dialami. Berikut penjelasan lengkapnya:
- Pemberian obat-obatan, meliputi obat antipsikotik, obat untuk menstabilkan suasana hati, dan obat antidepresan.
- Psikoterapi, meliputi terapi individu dan terapi keluarga.
- Skill training atau pelatihan keterampilan, untuk melatih kemampuan komunikasi, perawatan diri, serta aktivitas sehari-hari lainnya.
- Rawat inap di rumah sakit, terutama bagi pasien yang berisiko melakukan bunuh diri atau menyakiti orang lain.
- Electroconvulsive therapy, terapi ini dilakukan untuk orang dewasa dengan gangguan skizoafektif yang tidak merespons psikoterapi atau obat-obatan. Tindakan ini melibatkan pengiriman stimulus listrik ke otak.
Itulah penjelasan mengenai apa itu skizoafektif beserta pengobatannya. Jika Anda merasakan sejumlah gejala tersebut dan membutuhkan bantuan profesional, segera kunjungi TVTOGEL terdekat untuk berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater kami.