Stunting dan gizi buruk adalah dua permasalahan gizi pada anak yang umum terjadi. Pada dasarnya, dua kondisi tersebut dapat memengaruhi proses tumbuh kembang anak secara keseluruhan. Meski sama-sama termasuk permasalahan gizi, terdapat beberapa perbedaan stunting dan gizi buruk yang perlu dipahami.

Mari simak penjelasan lengkap mengenai perbedaan stunting dan gizi buruk melalui artikel di bawah ini.

Mengenal Perbedaan Stunting dan Gizi Buruk

Stunting dan gizi buruk (severe wasting) merupakan kondisi ketika anak kekurangan nutrisi. Namun, dua kondisi ini memiliki perbedaan jika dilihat dari beberapa aspek, di antaranya definisi, faktor penyebab, ciri-ciri, hingga langkah pencegahannya. Berikut adalah penjelasan selengkapnya.

1. Definisi Stunting dan Gizi Buruk

Perbedaan stunting dan gizi buruk yang pertama dapat dilihat dari definisinya. Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak yang diakibatkan oleh kekurangan gizi kronis sehingga menyebabkan anak memiliki perawakan tubuh yang lebih pendek daripada anak seusianya.

Sementara itu, gizi buruk adalah kondisi ketika berat badan menurut panjang atau tinggi badan anak (BB/TB) lebih rendah daripada rentang angka normal anak seusianya. Dalam kondisi severe wasting, perawakan anak akan tampak kurus karena berat badan tidak sepadan dengan tinggi badan.

2. Faktor Penyebab Stunting dan Gizi Buruk

Perbedaan stunting dan gizi buruk berikutnya dapat dilihat dari faktor penyebabnya. Stunting disebabkan oleh defisiensi nutrisi yang terjadi dalam jangka waktu lama (kronis) atau berulang di 1000 hari pertama kehidupan anak (dimulai dari sejak awal kehamilan hingga usia 2 tahun).

Artinya, kondisi ini dapat muncul apabila kekurangan gizi tidak segera ditangani dengan tepat. Selain itu, penyebab stunting biasanya berhubungan dengan kondisi ibu menyusui yang buruk serta pemberian makanan dan perawatan bayi yang tidak tepat pada awal kehidupannya, terutama sebelum berusia 2 tahun.

Sementara itu, gizi buruk dapat terjadi ketika anak tidak memperoleh asupan gizi yang cukup dari konsumsi makanannya, berapa pun usianya. Kondisi ini juga bisa terjadi akibat penyakit infeksi tertentu yang bisa memengaruhi nafsu makan atau kemampuan tubuh untuk menyerap nutrisi, seperti diare kronis, hepatitis, dan lain-lain.

3. Ciri-Ciri Stunting dan Gizi Buruk

Seperti yang telah dijelaskan, ciri-ciri utama stunting adalah gangguan tumbuh kembang, ditandai dengan tinggi badan anak yang lebih pendek atau tidak sesuai dengan standar tinggi badan anak seusianya. Gejala tersebut biasanya mulai terlihat saat anak berusia 2 tahun.

Sedangkan, gizi buruk dapat menimbulkan gejala yang lebih luas, namun utamanya adalah anak tampak sangat kurus. Saat dipetakan dalam kurva pertumbuhan anak, berat badan menurut panjang atau tinggi badannya lebih rendah jika dibandingkan dengan anak seusianya, atau ukuran lingkar lengan atas (LiLA) cenderung kecil.

Selain itu, gejala lain yang kerap dialami oleh anak dengan gizi buruk adalah kulit kering, rambut tipis, rentan terserang penyakit, perut tampak buncit, dan gangguan tumbuh kembang.

4. Dampak Stunting dan Gizi Buruk

Stunting yang tidak mendapatkan penanganan sesegera mungkin dapat menyebabkan anak mengalami gagal tumbuh. Stunting sebagian besar bersifat irreversible atau permanen, di mana anak tidak bisa memperoleh kembali tinggi badan normal.

Selain itu, anak-anak yang mengalami stunting juga lebih rentan terserang penyakit, kehilangan kesempatan untuk belajar, memiliki prestasi sekolah yang kurang baik, serta tumbuh menjadi kelompok individu yang tidak mampu secara ekonomi.

Selengkapnya Di Alternatif Epictoto

Di sisi lain, apabila tidak segera ditangani dengan tepat, gizi buruk berisiko menyebabkan gangguan tumbuh kembang, gangguan fungsi kognitif, dehidrasi berat, hipotermia, anemia, terserang penyakit infeksi berat, hingga kematian (pada kasus yang lebih parah).

Perlu diketahui, anak yang menderita severe wasting berisiko 3 kali lebih tinggi mengalami stunting. Sementara itu, anak stunting berisiko 1,5 kali lebih tinggi mengalami severe wasting dibandingkan dengan anak yang mempunyai gizi baik. Risiko kematian akan meningkat jika anak mengalami dua permasalahan gizi ini (severe wasting dan stunting) secara bersamaan.

5. Pencegahan Stunting dan Gizi Buruk

Pencegahan gizi buruk dapat dilakukan dengan memberikan asupan makanan sehat dan bergizi seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh anak. Selain itu, orang tua juga perlu segera membawa si kecil untuk berkonsultasi dengan dokter apabila menderita penyakit infeksi tertentu.

Sementara itu, pencegahan stunting utamanya dilakukan dengan memenuhi asupan gizi anak terutama selama 1000 hari pertama kehidupan (mulai dari masa awal kehamilan sampai anak berusia 2 tahun). Sebelum masa kehamilan, ibu sudah harus mempersiapkan diri sebaik mungkin dan memberikan perhatian lebih pada nutrisi ibu untuk janin.

Ibu juga dianjurkan untuk memberikan ASI eksklusif hingga bayi berusia 6 bulan guna membantu memenuhi kebutuhan gizinya pada usia tersebut. Setelah periode pemberian ASI eksklusif selesai, pemberian MPASI pun harus diperhatikan kandungan nutrisinya.

Selain nutrisi, penting pula untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan di rumah. Pastikan untuk mencuci tangan terlebih dahulu sebelum makan untuk menghindari risiko anak terkena infeksi. Jangan lupa untuk rutin ke posyandu atau ke dokter spesialis anak guna memantau pertumbuhan dan perkembangan si kecil.

Hal ini dilakukan agar bisa segera mendapatkan penanganan yang tepat apabila ditemukan kelainan atau keterlambatan pertumbuhan pada anak. Pada dasarnya, baik stunting maupun gizi buruk dapat dicegah dengan memberikan asupan gizi yang seimbang pada si kecil.