Vaksin hepatitis B merupakan salah satu jenis vaksin yang wajib diberikan kepada bayi dan anak guna mencegah terjadinya infeksi virus hepatitis B. Pasalnya, virus tersebut dapat ditularkan dengan mudah dari ibu yang terinfeksi ke bayi baru lahir. Mari kenali pentingnya vaksin hepatitis B untuk anak selengkapnya dalam artikel berikut ini.

Pentingnya Vaksin Hepatitis B untuk Anak

Hepatitis B adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya peradangan pada organ hati akibat infeksi virus hepatitis B yang dapat menular melalui kontak dengan cairan tubuh penderitanya. Bahkan, kondisi ini juga rentan menular dari ibu ke bayi saat proses persalinan. Hal inilah yang menjadi alasan kenapa vaksin hepatitis B perlu segera diberikan pada bayi baru lahir.

Vaksin hepatitis B sendiri merupakan jenis vaksin yang mengandung antigen dari virus hepatitis B (HBsAg). Vaksin ini bekerja dengan cara merangsang sistem imun tubuh untuk memproduksi antibodi guna melawan infeksi virus hepatitis B yang dapat mengganggu fungsi organ hati.

Anak yang mendapatkan vaksin ini umumnya akan terlindungi dari infeksi virus hepatitis B hingga ia beranjak dewasa. Perlu diketahui, bayi yang terinfeksi virus hepatitis B dapat menderita kondisi tersebut seumur hidupnya.

Selain itu, manfaat vaksin hepatitis B juga dapat meminimalkan risiko terjadinya penyakit liver kronis hingga kanker hati yang sering kali menjadi penyebab kematian anak, terutama dalam 5 tahun pertama kehidupannya.

  • Kapan Perlu Memberikan Vaksin Hepatitis B untuk Anak?

Pada dasarnya, vaksin hepatitis B termasuk ke dalam daftar imunisasi lengkap anak yang wajib diberikan mulai dari usia 0 hingga 18 bulan. Pemberian vaksinasi hepatitis B untuk anak dapat dilakukan dengan ketentuan berikut ini.

  • Vaksin hepatitis B monovalen dapat diberikan saat anak berusia 0, 1, serta 6 bulan.

Vaksin hepatitis B dapat dikombinasikan dengan vaksin DPTw (difteri, pertusis, dan tetanus whole cell), yang didahului dengan pemberian vaksin hepatitis B monovalen saat bayi berusia 0 bulan. Lalu, dilanjutkan dengan pemberian vaksin hepatitis B kombinasi DPT saat bayi berusia 2, 3, dan 4 bulan.

Vaksin hepatitis B dapat dikombinasikan dengan DTPa (difteri, tetanus, pertusis aseluler), yang didahului dengan pemberian vaksin HB monovalen saat anak berusia 0 bulan. Lalu, dilanjutkan dengan pemberian vaksin hepatitis B kombinasi DTPa saat bayi berusia 2, 4, dan 6 bulan.

  • Vaksin hepatitis B booster dapat diberikan saat anak berusia 18 bulan.

Namun, menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia, pemberian vaksin hepatitis B pada bayi yang memiliki berat badan lahir rendah (BBLR) perlu dilakukan dengan memperhatikan hal-hal tertentu, di antaranya sebagai berikut.

Jika ibu positif atau membawa virus hepatitis B: Bayi perlu segera mendapatkan vaksinasi hepatitis B serta hepatitis B immunoglobulin (HBIg) dalam kurun waktu 12 jam setelah lahir, tanpa memperhatikan berat badan bayi. Jika bayi memiliki berat badan lahir rendah (kurang dari 2000 gram), bayi harus mendapatkan 3 dosis rutin selain suntikan pertama tadi mulai dari usia 1 bulan, sehingga totalnya menjadi 4 dosis.

Jika ibu negatif atau tidak membawa virus hepatitis B: Pemberian dosis pertama vaksin hepatitis B dapat diberikan dalam kurun waktu 24 jam setelah kelahiran. Pada bayi dengan berat badan lahir rendah, pemberian vaksin mungkin akan ditunda terlebih dahulu sampai bayi berusia 1 bulan atau ketika bayi sudah keluar dari rumah sakit, dengan total pemberian 3 dosis.

Efek Samping Vaksin Hepatitis B untuk Anak

Vaksinasi hepatitis B tergolong sangat aman dan efektif untuk mencegah hepatitis B pada anak. Namun seperti jenis imunisasi pada umumnya, vaksin hepatitis B juga dapat menimbulkan sejumlah efek samping pada si kecil, seperti:

  • Demam.
  • Kemerahan dan bengkak pada area bekas suntikan.
  • Nyeri otot.

Pada dasarnya, efek samping yang ditimbulkan pascavaksinasi hepatitis B cenderung ringan dan dapat mereda dengan sendirinya. Untuk mempercepat proses pemulihan demam pascaimunisasi, orang tua dapat melakukan sejumlah perawatan mandiri, di antaranya sebagai berikut.

Selengkapnya Di Cvtogel

  • Memperbanyak asupan cairan tubuh anak dengan memberikan ASI atau air buah.
  • Meletakkan kompres dingin pada area suntikan.
  • Mengenakan pakaian yang nyaman, tidak terlalu tipis maupun tebal.
  • Menjaga suhu ruangan si kecil agar tetap sejuk.
  • Jika diperlukan, orang tua dapat memberikan obat penurun demam sesuai dengan anjuran dokter.

Meski jarang terjadi, vaksinasi juga dapat menimbulkan reaksi alergi parah pada si kecil, seperti bengkak pada tenggorokan dan wajah, jantung berdebar, hingga sesak napas. Jika si kecil mengalami kondisi tersebut, sebaiknya segera kunjungi dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.