Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang terjadi setelah proses persalinan. Kondisi ini perlu diwaspadai karena dapat menjadi salah satu penyebab utama kematian ibu hamil. Perdarahan pascapersalinan dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Apa saja itu? Ketahui selengkapnya dalam artikel di bawah ini.

Apa itu Perdarahan Postpartum?

Seperti yang sudah dijelaskan, perdarahan postpartum atau perdarahan pascapersalinan adalah perdarahan yang terjadi pada wanita setelah menjalani proses persalinan. Kondisi ini dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu perdarahan postpartum primer (terjadi dalam 24 jam setelah persalinan) dan perdarahan postpartum sekunder (terjadi dalam 24 jam hingga 6 minggu setelah persalinan).

Perdarahan pascamelahirkan bisa menjadi suatu kondisi darurat yang memerlukan penanganan sesegera mungkin. Menurut WHO, perdarahan postpartum menjadi penyebab utama kematian ibu di seluruh dunia. Perdarahan bisa terjadi setelah ibu menjalani persalinan melalui vagina maupun operasi caesar.

Penyebab Perdarahan Postpartum

Perdarahan setelah melahirkan sebenarnya hal yang normal terjadi. Namun pada beberapa kasus, darah yang keluar terlalu banyak dan menjadi tidak normal atau berlebihan. Kondisi inilah yang disebut dengan perdarahan postpartum atau postpartum hemorrhage (PPH).

PPH terjadi ketika ibu yang baru melahirkan mengalami perdarahan dengan jumlah darah lebih dari 500 ml. Kondisi ini dapat disebabkan oleh beberapa keadaan, seperti:

  • Atonia uteri: Kondisi ketika rahim tidak dapat berkontraksi dengan kuat setelah melahirkan akibat kelelahan rahim atau penggunaan obat-obatan tertentu.
  • Retensio plasenta: Kondisi di mana sebagian atau seluruh plasenta tidak kunjung keluar selama 30 menit setelah melahirkan.
  • Robekan jaringan: Kondisi ketika jaringan di dalam vagina mengalami robekan atau robekan pada rahim (ruptur uteri).
  • Gangguan pembekuan darah: Perdarahan berat setelah melahirkan juga bisa disebabkan oleh gangguan pembekuan darah, seperti disseminated intravascular coagulation (DIC).

Adapun beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya perdarahan postpartum pada ibu setelah melahirkan adalah sebagai berikut:

  • Memiliki riwayat perdarahan pada kehamilan sebelumnya.
  • Memiliki berat badan berlebih atau obesitas.
  • Berusia di atas 40 tahun saat melahirkan.
  • Melahirkan bayi dengan berat badan di atas 4 kg.
  • Melahirkan anak kembar.
  • Mengalami plasenta previa.
  • Penderita preeklamsia.
  • Mengalami anemia saat hamil.
  • Menjalani persalinan caesar.
  • Menjalani persalinan dengan induksi.
  • Menjalani proses persalinan lebih dari 12 jam.

Gejala Perdarahan Postpartum

Postpartum hemorrhage ditandai dengan terjadinya perdarahan abnormal sebanyak lebih dari 500 ml pada wanita yang melahirkan normal dan lebih dari 1000 ml pada wanita yang melahirkan secara caesar. Adapun gejala lain yang menyertainya adalah:

  • Perdarahan terjadi secara terus-menerus.
  • Tekanan darah menurun.
  • Detak jantung meningkat.
  • Pusing dan pingsan.
  • Nyeri perut hebat.
  • Kulit pucat.
  • Mual atau muntah.
  • Pembengkakan pada rahim.
  • Rahim terasa keras.
  • Darah mengeluarkan bau menyengat.
  • Nyeri panggul.
  • Nyeri saat buang air kecil.

Diagnosis Perdarahan Postpartum

Diagnosis PPH dilakukan dengan melakukan pemeriksaan fisik pada jalan lahir. Apabila jalan lahir masih dalam kondisi terbuka, maka dokter akan melakukan pemeriksaan dengan memasukkan tangan ke dalam rahim untuk menilai kekuatan otot rahim, robekan di rahim, serta jaringan plasenta yang mungkin tertinggal di dalam rahim.

Di samping itu, dokter juga akan melakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui kadar sel darah merah serta memantau tekanan darah dan denyut nadi. Jika pemeriksaan fisik belum bisa membantu dokter menemukan penyebab perdarahan, maka akan dilakukan pemeriksaan USG di bagian panggul untuk menentukan sumber perdarahan.

Penanganan Perdarahan Postpartum

Penanganan terhadap postpartum hemorrhage (PPH) akan disesuaikan dengan penyebab yang mendasarinya. Dokter dapat memberikan obat-obatan, seperti oxytocin (untuk menghentikan perdarahan), antibiotik (untuk mencegah infeksi yang disebabkan bakteri), dan suplemen vitamin K atau asam traneksamat untuk menghentikan perdarahan dengan melancarkan proses pembekuan darah.

Selanjutnya Disini: epictoto 

Selain pemberian obat-obatan, beberapa penanganan lain yang biasa dilakukan untuk mengatasi postpartum hemorrhage adalah:

  • Penekanan pada pembuluh darah yang merupakan sumber perdarahan dengan menggunakan balon khusus atau tindakan kompresi bimanual. Dengan begitu, perdarahan bisa dihentikan. Tindakan ini biasanya dilakukan bila ada robekan pada jalan lahir.
  • Kuretase untuk mengeluarkan jaringan plasenta yang tertinggal.
  • Pada situasi yang sangat darurat, tindakan bedah seperti ligasi arteri mungkin perlu dilakukan untuk menghentikan perdarahan.
  • Jika pasien kehilangan darah cukup banyak, maka transfusi darah mungkin diperlukan untuk menggantikan darah yang hilang.

Pencegahan Perdarahan Postpartum

Postpartum hemorrhage dapat dicegah dengan pemberian obat oxytocin setelah melahirkan untuk memperkuat kontraksi rahim. Tanda-tanda vital pada ibu juga perlu dipantau secara ketat selama persalinan dan setelahnya. Apabila ibu hamil memiliki faktor risiko, seperti riwayat perdarahan pada persalinan sebelumnya atau kehamilan ganda, maka diperlukan observasi khusus.