Sjögren’s syndrome atau sindrom Sjögren adalah penyakit autoimun yang menyerang kelenjar air liur dan air mata. Kondisi ini dapat membuat penderitanya mengalami mulut kering dan mata kering. Sebetulnya, apa penyebab Sjögren’s syndrome dan bagaimana pengobatannya? Untuk mengetahuinya, Anda dapat menyimak ulasan di bawah ini sampai tuntas.

Apa itu Sindrom Sjögren?

Sindrom Sjögren adalah gangguan autoimun yang membuat sistem imun tubuh secara keliru memproduksi antibodi yang menyerang jaringan sehat pada kelenjar air liur dan air mata. Kondisi ini dapat menyebabkan penurunan produksi air liur dan air mata.

Secara umum, Sjögren’s syndrome dapat berkembang dalam jangka waktu yang panjang (kronis). Berdasarkan proses terjadinya, kondisi ini dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

Sindrom Sjögren primer (SSp): Terjadi dengan sendirinya tanpa disertai dengan kemunculan gangguan autoimun yang lain. SSP muncul pada orang yang sebelumnya sehat.

Sindrom Sjögren sekunder (SSs): Terjadi pada penderita penyakit autoimun lain, seperti lupus (15–36%), rheumatoid arthritis (20–32%), atau skleroderma (11–24%).

Penyakit ini dapat terjadi pada segala usia, namun gejala tersering timbul di usia antara 45–55 tahun. Sindrom Sjögren lebih sering ditemukan pada wanita dengan rasio wanita:pria adalah 9:1. Prevalensi kejadian Sindrom Sjögren dilaporkan berkisar antara 0,1 hingga 3 per 1.000 orang.

Penyebab Sindrom Sjögren

Belum diketahui secara pasti apa penyebab terjadinya gangguan autoimun yang memicu Sjögren’s syndrome. Namun, terdapat beberapa gen yang bisa meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini, terutama jika ada infeksi bakteri maupun virus sebagai pemicunya. Hormon estrogen juga dipercaya berperan dalam kemunculan sindrom Sjögren.

Di samping itu, beberapa faktor risiko sindrom Sjögren lainnya adalah sebagai berikut:

  • Berjenis kelamin wanita.
  • Berusia di atas 40 tahun.
  • Menderita gangguan autoimun lain.

Gejala Sindrom Sjögren

Gejala utama dari Sjögren’s syndrome adalah mulut kering (xerostomia) dan mata kering (xerophthalmia). Namun, gejala sindrom Sjögren tersebut akan terasa lebih parah dibandingkan dengan mulut kering dan mata kering pada umumnya. Gejala mata kering pada penderita kondisi ini juga dapat menimbulkan keluhan berupa:

  • Pandangan kabur.
  • Sensasi terbakar dan gatal pada mata.
  • Mata terasa mengganjal.
  • Kelopak mata terasa nyeri, bengkak, dan kemerahan.
  • Rasa tidak nyaman saat melihat ke arah sumber cahaya.
  • Kelopak mata terasa lengket ketika bangun tidur.
  • Keluarnya lendir dari mata secara berlebihan.
  • Mata lelah.
  • Uveitis (peradangan pada uvea, lapisan pada mata yang berada pada sklera dan retina).
  • Skleritis.
  • Neuritis optik (peradangan saraf mata).

Sedangkan, keluhan yang kerap menyertai mulut kering akibat sindrom Sjögren adalah:

  • Kesulitan berbicara.
  • Suara parau.
  • Kesulitan untuk menelan makanan, terutama makanan kering.
  • Butuh minum air saat makan untuk membantu menelan makanan.
  • Bibir kering dan pecah-pecah.
  • Perubahan kemampuan mengecap pada lidah yang membuat rasa makanan jadi berubah.
  • Lidah terasa halus dan berwarna kemerahan.
  • Munculnya masalah lain pada rongga mulut, seperti sariawan, kerusakan gigi, penyakit gusi, dan lain sebagainya.

Di samping itu, penderita sindrom ini juga dapat mengalami beberapa gejala lain, di antaranya sebagai berikut:

  • Pembengkakan kelenjar parotis.
  • Kulit kering dan gatal.
  • Sendi terasa nyeri, bengkak, dan kaku.
  • Sakit perut.
  • Batuk kering yang tidak kunjung sembuh.
  • Sakit kepala.
  • Sesak napas.

Selengkapnya Di pttogel  

  • Nyeri otot.
  • Sulit tidur.
  • Munculnya ruam pada kulit, terutama setelah terpapar sinar matahari.
  • Gangguan mengingat, berpikir, dan berkonsentrasi.
  • Mati rasa dan kesemutan, terutama di tangan dan kaki.
  • Vagina kering.
  • Kelelahan.
  • Peradangan pada pembuluh darah (vaskulitis).
  • Infeksi, pembengkakan, atau muncul batu pada kelenjar air liur.
  • Dispareunia.
  • Artritis (radang sendi).

Diagnosis Sindrom Sjögren

Sindrom Sjögren mungkin akan sulit didiagnosis karena gejalanya cenderung bervariasi pada setiap individu dan bisa menyerupai kondisi medis lainnya. Namun, dokter dapat melakukan wawancara medis (anamnesis) dengan pasien guna mengetahui keluhan dan riwayat kesehatan pasien.

Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik guna memastikan gejala yang dialami oleh pasien. Dokter juga dapat menyarankan pasien untuk menjalani beberapa pemeriksaan tambahan guna memastikan diagnosis. Beberapa pemeriksaan tambahan tersebut, di antaranya:

  • Tes Schirmer, untuk mengetahui kadar air mata yang diproduksi oleh kelenjar air mata.
  • Tes slit lamp, untuk memeriksa permukaan mata secara langsung dengan lebih jelas.
  • Pengukuran kadar air liur.
  • Tes darah untuk menilai laju endap darah, peningkatan immunoglobulin, kadar autoantibodi, dan lain-lain.
  • Biopsi jaringan bagian dalam bibir.
  • Tes pencitraan, seperti sialografi (dengan sinar-X) atau skintigrafi (menggunakan bahan radioaktif khusus) untuk memeriksa fungsi kelenjar air liur. Pemeriksaan CT scan juga dapat dilakukan karena 10-20% pasien SSp mengalami penyakit paru interstitial.

Pengobatan Sindrom Sjögren

Penanganan sindrom Sjögren pada dasarnya tergantung pada bagian tubuh yang terdampak. Adapun tujuan dari pengobatan kondisi ini adalah untuk meredakan gejala serta mencegah terjadinya komplikasi. Beberapa metode yang kerap dilakukan untuk menangani Sjögren’s syndrome adalah:

  • Pemberian obat-obatan. Beberapa jenis obat yang umum diberikan, di antaranya:

  • Cyclosporine atau lifitegrast untuk mengatasi mata kering.

  • Pilocarpine dan cevimeline untuk meningkatkan produksi air mata dan air liur.

  • Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) untuk membantu meringankan gejala nyeri sendi.

  • Obat antijamur.

  • Hydroxychloroquine untuk meredakan gejala nyeri dan kaku sendi.

  • Imunosupresan, seperti methotrexate untuk menekan respons imun tubuh.

  • Tindakan operasi, untuk menutup saluran air mata dengan memasukkan sumbatan yang terbuat dari silikon atau kolagen. Hal ini dapat membuat air mata yang tersimpan di dalam mata menjadi lebih banyak.

  • Perubahan gaya hidup, seperti:

  • Menggunakan obat tetes mata.

  • Menjaga kebersihan kelopak mata dan melakukan kompres hangat.

  • Melakukan kunjungan ke dokter spesialis mata setiap 3 bulan sekali pada awal pengobatan, kemudian dilanjutkan setiap 6 bulan.

  • Menggunakan kacamata pelindung ketika di luar ruangan.

  • Menghindari menonton TV, membaca, atau menggunakan gadget terlalu lama.

  • Tidak merokok.

  • Menjaga kelembapan ruangan.

  • Memperbanyak minum air putih.

  • Konsumsi suplemen makanan dengan asam lemak omega-3 untuk pasien dengan mata kering.

  • Membatasi konsumsi minuman bersoda, berkafein, dan beralkohol.

  • Menjaga kebersihan mulut dengan cara:

  • Menghindari makanan dan minuman selain air putih di antara waktu makan, 1 jam sebelum tidur, dan sepanjang malam.

  • Melakukan pemeriksaan rutin oleh dokter gigi spesialis penyakit mulut.

  • Menghindari produk makanan yang mengandung asam dan gula.

  • Mempertahankan kelembapan lingkungan rongga mulut.

  • Menyikat gigi minimal dua kali sehari (30 menit setelah makan), termasuk sebelum tidur menggunakan pasta gigi berfluoride tinggi atau menggunakan gel oral yang mengandung fluoride pada gigi sebanyak dua kali seharI.

  • Menggunakan lip balm secara rutin.

  • Berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan obat-obatan yang bisa menyebabkan mata kering dan mulut kering.

  • Berolahraga secara rutin untuk membantu meredakan nyeri sendi dan otot.

  • Menggunakan krim pelembap kulit.

  • Olahraga teratur.

Komplikasi Sindrom Sjögren

Jika tidak segera ditangani dengan tepat, sindrom Sjögren bisa menimbulkan berbagai komplikasi. Umumnya, komplikasi sindrom ini memengaruhi organ mata dan mulut. Adapun beberapa risiko komplikasi yang kerap muncul akibat tidak segera menangani sindrom Sjögren adalah:

  • Gigi berlubang.
  • Infeksi jamur, seperti kandidiasis mulut.
  • Gangguan mata, seperti fotofobia, penglihatan kabur, dan kerusakan kornea.

Sementara itu, beberapa risiko komplikasi sindrom Sjögren yang kurang umum terjadi, di antaranya:

  • Gangguan paru-paru, seperti pneumonia atau bronkitis.
  • Gangguan ginjal.
  • Penyakit liver, seperti hepatitis atau sirosis hati.
  • Kanker kelenjar getah bening.
  • Gangguan saraf, seperti neuropati perifer.

Sindrom Sjögren sering kali membuat penderitanya merasa tidak nyaman sehingga bisa menghambat aktivitas sehari-hari. Maka dari itu,